Jakarta, NU Online
Peningkatan kesejahteraan perekonomian warga NU merupakan salah satu amanat besar yang dititipkan oleh Muktamar Jombang kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode saat ini. Peningkatan kesejahteraan ini dapat dilakukan secara bersamaan dengan berpartisipasi terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia.
“Saat ini kita sedang melakukan budidaya jagung. Tujuannya selain berupaya meningkatkan kesejahteraan warga NU, di saat yang bersamaan bisa membantu pemenuhan kebutuhan pangan di tanah air,” kata Ketua PBNU Bidang Ekonomi H Umar Syah HS, kepada NU Online di Jakarta, Jumat (24/8).
Program budidaya jagung ini dilakukan dengan bekerja sama dengan kementerian pertanian Republik Indonesia. Bantuan dari kementerian ini dirupakan dalam bentuk bantuan berupa bibit, pupuk, dan mekanisasi peralatan tani.
Namun secara rinci, tim PBNU yang bekerja sama dengan pemerintah melakukan lima pelayanan yang diberikan: Pertama adalah transformasi teknologi. Kedua adalah peningkatan kapasitas mulai hal teknis, manajemen waktu hingga cara pengelolaan.“Sebab selama ini petani kita jarang mencoba hal-hal baru dalam teknologi pertanian. Berbeda dengan negara-negara lain yang sudah maju,” ujarnya.
Ketiga, tim NU memberikan permodalan. Cara yang ditempuh adalah dendan bekerja sama dengan perbankan yang menyediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR), yakni bank BRI dan BNI.
Keempat adalah mendekatkan pasar kepada petani. Langkah ini ditempuh dengan cara membangun jaringan koperasi nahdliyin yang bertugas sebagai pengepul atas jagung yang dihasikan. Ada dua hal yang disiapkan oleh koperasi ini yakni lahan untuk menjemur yang memadahi dan alat pengering atau dryer. Saat ini jaringan ini memiliki dua jenis pengering yakni yang terpusat dan yang bisa mendekati petani.
“Selama ini petani di kebun dan jauh dari pasar. Dan di saat yang bersamaan petani tak punya sarana transportasi untuk ke pasar. Sehingga yang selama ini terjadi adalah, pedagang yang datang ke petani dengan posisi bargaining petani yang sangat lemah dan sebaiknya (bargaining) pedagangnya sangat kuat,” jelasnya.
Demi menghindari kerugian petani dan menjaga stabilitas harga pasar, harga beli dari petani disesuaikan dengan harga ‘bottom price’ dari pemerintah.
Kelima, perlu bermitra dengan pengusaha lain. Sebagai sebuah institusi bisnis, jaringan PBNU perlu membiasakan diri untuk membangun bisnis dengan pebisnis yang tidak hanya hendak mencari untung saja. “Kita tekankan sekali PBNU harus mencarikan mitra pada warga, mereka mau untung tapi juga mau membina,” ujarnya.
Saat ini, skema kerja sama ini telah berjalan di Bengkulu dengan luas lahan 18 ribu HA dan Lampung dengan sembilan ribu HA. “Insyallah tanggal 4 September 2018 nanti, di Lampung akan ditambahi 39 ribu hektar lagi, sehingga total pada akhir tahun menjadi 73 ribu hektar,” pungkasnya. (Ahmad Rozali)