Pimpinan Pesantren Al-Hikamussalafiyyah, H Sa’dulloh menerima cenderamata dari Wakil MPR RI, H Jazuli Fawaid (Foto: Ayi Abdul Kohar)
Ayi Abdul Kohar
Kontributor
Sumedang, NU Online
Wakil Ketua MPR RI, H Jazilul Fawaid mengingatkan kepada kita selaku generasi bangsa agar jangan pernah melupakan jasa para ulama yang punya peran dan andil besar dalam melakukan perjuangan dan pengorbanan untuk kemerdekaan Republik Indonesia.
Hal ini ia sampaikan dalam kegiatan Sosialiasai Empat Pilar Kebangsaan; Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika yang berlangsung di Pesantren Al-Hikamussalafiyyah Sukamantri, Tanjungkerta, Sumedang, Rabu (16/6).
"Peran ulama dalam berdirinya bangsa Indonesia begitu besar dan tidak boleh diabaikan, spirit dan pondasi yang melandasi lahirnya Pancasila adalah dari para ulama,” katanya.
Pria yang akrab disapa Gus Jazil itu menyayangkan, saat ini para ulama justru tidak mendapatkan porsi untuk menjadi pemimpin di negeri ini, padahal dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, mereka ini adalah kelompok yang meletakkan perjuangan keagamaan dan kebangsaan.
“Ulama adalah pendiri bangsa yang tidak pernah meminta imbalan,” tegasnya.
Diakui Gus Jazil, proses politik yang saat ini berjalan di Indonesia diibaratkan seperti pasar malam, hal ini membuat masyarakat dari kalangan santri dan kiai sulit menjadi pemimpin dan hanya jadi penonton saja.
“Kita hanya jadi barang dagangan. Padahal dengan spirit dari perjuangan ulama dalam pendirian negeri ini, kitalah yang seharusnya menjadi pemimpin. Tidak enak dipimpin itu, apalagi kalau pemimpinnya kacau, serakah, semaunya sendiri,” kata Gus Jazil.
Sementara itu, Pimpinan Pesantren Al-Hikamussalafiyyah, H Sa’dulloh menyampaikan ucapan terima kasih sekaligus memberikan apresiasi kepada Gus Jazil yang telah mengingatkan masyarakat tentang peran dan kontribusi para ulama di bumi nusantara.
“Hal ini harus terus dilakukan agar masyarakat bisa paham dan selalu mengingat terhadap andil besar para ulama dan juga bisa dijadikan sebagai inspirasi bagi para santri untuk terus berkarya dan berjuang sebagaimana guru-gurunya yang terdahulu,” imbuhnya.
Bahkan, kata dia, jika memungkinkan peran dan andil besar para ulama tersebut bisa dicatat secara khusus, hal ini bertujuan agar tidak ada lagi kejadian seperti Kamus Sejarah Indonesia Kemendikbud yang banyak mendapatkan protes dari masyarakat.
Usai bersilaturahmi di Pesantren Al-Hikamussalafiyyah, Gus Jazil melanjutkan perjalanan dengan ziarah ke Makam Raja Sumedang, Prabu Geusan Ulun di Dayeuh Luhur Ganeas Sumedang. Hal itu sudah menjadi kebiasaannya jika berkunjung ke daerah, ia selalu menyempatkan diri ziarah ke tokoh-tokoh yang ada di daerah tersebut.
Kontributor: Ayi Abdul Kohar
Editor: Aiz Luthfi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua