Ziarah Makam Sigit Prasetyo, Mahasiswa Korban Tragedi Semanggi I: 27 Tahun Tanpa Keadilan
NU Online · Kamis, 13 November 2025 | 16:00 WIB
Makam Sigit Prasetyo, Mahasiwa Korban Tragedi Semanggi I, di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (13/11/2025). (Foto: NU Online/Mufidah)
Mufidah Adzkia
Kontributor
Jakarta, NU Online
Sudah 27 tahun sejak Tragedi Semanggi I, luka bagi keluarga korban belum juga sembuh. Dalam peringatan tahun ini, kisah duka Ayah almarhum Sigit Prasetyo, mahasiswa Teknik Sipil Universitas YAI yang menjadi korban, kembali mengingatkan publik pada gelapnya masa lalu dan abainya negara terhadap penegakan keadilan.
Peringatan 27 tahun Tragedi Semanggi I digelar dengan kegiatan ziarah makam di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (13/11/2025).
Asih Widodo (76), ayah dari almarhum Sigit, mengenang anak semata wayangnya itu sebagai sosok yang sangat patuh dan sopan.
“Anak saya itu luar biasa patuhnya. Sejak kecil saya didik keras soal agama dan sekolah. Pagi belajar, sore mengaji di masjid,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca.
Asih masih mengingat jelas firasat yang dirasakannya pada pagi sebelum tragedi itu terjadi. Ia sempat melarang Sigit keluar rumah karena merasa ada tanda aneh dari sikap anaknya.
“Dia pamit ke semua tetangga, satu per satu (dia) bilang, ‘Om, jalan dulu ya.’ Seperti ada firasat. Siangnya, saya dengar kabar dari televisi, anak saya mati,” ujarnya lirih.
Selama 27 tahun penantian, Asih mengaku belum pernah mendapatkan keadilan ataupun permintaan maaf dari pemerintah.
Ia juga menolak segala bentuk kompromi agar berhenti menuntut pemerintah, termasuk tawaran uang yang disebut pernah diberikan kepada sejumlah keluarga korban.
“Mungkin keluarga lain menerima, tapi saya tidak. Saya tidak sudi. Saya ingin keadilan. Hukum mati mereka yang membunuh anak saya,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Asih juga menyampaikan penolakannya terhadap wacana pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto.
“Saya sangat menolak Soeharto dijadikan pahlawan! Bagaimana bisa orang yang diakui dunia sebagai terkorup dijadikan pahlawan? Kalau mau bicara pahlawan, lihat Jenderal Sudirman. Itu baru pahlawan sejati,” ujarnya lantang.
Sebagai informasi, kegiatan peringatan ini dilaksanakan setiap tahun oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Persada Yayasan Administrasi Indonesia (YAI) bersama keluarga almarhum Sigit Prasetyo.
Dalam kegiatan tersebut para mahasiswa melakukan tabur bunga dan doa bersama di sekitar makam Sigit sebagai bentuk penghormatan, sekaligus seruan agar negara tidak lagi menutup mata terhadap pelanggaran hak asasi manusia.
Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas YAI Inayah Putri menyatakan bahwa kegiatan tahunan ini bukan hanya bentuk penghormatan, tetapi juga tuntutan agar negara menegakkan keadilan bagi korban dan keluarga.
“Tujuan kami mengenang sekaligus meminta tanggung jawab negara. Selama 27 tahun, tidak ada keadilan bagi almarhum Bang Sigit,” katanya.
Inayah juga menyampaikan pesan dari Asih kepada para mahasiswa agar terus menuntaskan pendidikan sebagai bentuk melanjutkan cita-cita almarhum Sigit.
“Pak Asih berpesan agar kami lulus tepat waktu, menjadi insinyur terbaik, dan membangun infrastruktur untuk bangsa. Itu adalah cita-cita Bang Sigit yang ingin kami wujudkan,” tuturnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua