Oleh Gumilar Rusliwa Somantri
Pemerintah Turki menuduh kudeta dilakukan oleh para Pamen berhaluan “hijau” Hizmet. Gerakan sosial akar rumput Hizmet sangat terinspirasi oleh pemikiran Hujjah Effendi Fethullah Gulen. Beliau adalah intelektual islam yang salih dan sangat kharismatik. Beliau kini tinggal di sebuah kamp di Philadelphia AS, menjauh dari jangkauan pemerintahan militer Turki di masa silam yang menilainya berbahaya.
Erdogan berkuasa semula secara signifikan turut didukung oleh jaringan kelompok ini. Mereka yang mempunyai jaringan luas ini sangat kritis dan mengambil jarak pada pemerintah yang dinilai mereka tidak bersih dari korupsi dan polugri acap kontroversial.
Di kemudian hari, mereka menilai Erdogan telah jauh dari asas memimpin dengan hati dalam rangka beramal salih dan amanah. Pada titik ini, mereka beranggapan pemerintahan terlalu berbau kepentingan politik dan ekonomi partikularistik sekular. Beberapa tahun terakhir ini Erdogan pun berang dan tidak bersahabat pada elemen kekuatan Muslim ini.
Hizmet berarti pengkhidmatan atau beramal salih dengan ikhlas. Mengerjakan sesuatu semata dengan mengharap barakah Allah. Mereka memang sangat romantis kejayaan Ottoman Empire (Turki Usmani). Hizmet mempunyai gerakan sosial dan amal yang luar biasa. Pengikutnya mengumpulkan dana secara massif, mulai dari anak sekolah yang menyisihkan uang jajan hingga pengusaha yang menyisihkan 20 persen dari keuntungan.
Ia mempunyai jaringan hampir di seluruh negara penting dunia di bidang perdamaian, pendidikan terutama science, dan budaya sufistik ala Jalalludin Rumi yang meraih kebesaran karyanya di era Turki Usmani.
Gerakan Hizmet di AS berperan dalam dakwah damai yang effektif pasca 9-11 attack sehingga banyak warga AS asli yang memeluk Islam karena penasaran dengan Al-Quran ditambah akhlak baik yang ditunjukan kalangan muda Turki tersebut.
Di Washington mereka membentuk Rumi Foundation. Mereka ada hampir di semua kota atau negara bagian seperti New York, Virginia, Texas, LA. Mereka dikenal sebagai pengusaha, akademisi, dan pendidik di kampus-kampus. Sekolah-sekolah dibangun mereka dengan profesional dan mendapat subsidi negara.
Di beberapa kampus, bahkan ada professorship chair Fethullah Gulen yang diisi ilmuwan Turki. Oleh karena itu pascakudeta, pemerintah Turki melalui PM melontarkan pernyataan keras terhadap AS yang dianggap melindungi Gulen. Katanya siapa saja yang melindungi Gulen adalah bukan teman Turki.
Siapakah Fethullah Gulen? Beliau adalah intelektual Muslim salah satu pengagum Said Nursi. Selama kariernya beliau aktif menulis dan menjadi inspirator kekuatan gerakan sosial di tingkat akar rumput. Jumlah buku yang ditulis mencapai lebih seratus buku.
Saking sibuk dalam pengabdian terhadap umat beliau tidak sempat menikah. Kehidupan sehari-sehari ditandai dengan berpuasa, bangun setiap jam 1 malam untuk shalat tahajud bermunajat kepada Rabb yang Maha Agung untuk keselamatan umat Islam di seluruh dunia yang banyak dalam posisi terzalimi, dilanda fitnah, dan kesulitan.
Dalam shalat-shalat yang diikuti para peziarah di kamp, linangan air mata beliau selalu mengundang isak tangis jamaah yang mengamini doa-doa khusyuk di malam-malam yang hening bahkan beku.
Hujjah Effendi Fethullah Gulen sudah sepuh dan sakit-sakitan sehingga sudah jarang bepergian. Namun tulisan dan seruannya sangat menggetarkan semua pengikutnya terutama di Turki. Termasuk dalam mendukung atau tidak mendukung pemerintah sah berdasarkan penilaian atas komitmennya pada Al-Quran dan Sunnah.
Di Indonesia sendiri kalangan Hizmet ini telah hadir lebih dari 30 tahun. Mereka mendirikan sekolah-sekolah, melakukan kegiatan sosial kebudayaan, dan seminar-seminar. Di UIN Jakarta ada Chair Gulen untuk pengajaran dan riset yang diisi orang Turki warga negara AS yang salih.
Mereka, seperti halnya di AS dan Eropa, tidaklah menimbulkan masalah. Karena pada dasarnya mereka moderat, pro perdamaian, gandrung ilmu dan teknologi. Mereka dikenal sebagai Muslim rendah hati dan bekerja keras karena keinginan memperoleh pahala dan ridla Allah. Jadi, ia bukan gerakan poltik ideologis anti kemapanan (rezim berkuasa) seperti tergambar dalam sepak terjang organisasi di Mesir yang dimotivasi gagasan Al-Banna.
*Penulis adalah sosiolog, Guru Besar FISIP UI. (pemuatan ulang tulisan ini sudah seizin penulis)