Jangan Berharap Lebih pada Logo: Identitas Visual Muktamar Ke-34 NU
Jumat, 31 Desember 2021 | 18:00 WIB
Oleh Zamzami Almakki
Semarak Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama telah usai, banyak keputusan besar yang dihasilkan. Tak ketinggalan yang sering ditampilkan secara besar dan bahkan dipilih sebelum hal-hal yang besar terjadi di muktamar, yakni logo muktamar. Panggung acara, berkas-berkas, backdrop, gapura dan umbul-umbul yang memajang logo Muktamar ke-34 NU sudah tidak pada tempatnya. Namun logo Muktamar ke-34 NU masih membekas di cenderamata dan konten media sosial, bahkan akan sangat mungkin dijadikan acuan untuk logo Muktamar NU yang berikutnya lagi.
Begitulah daur kehidupan umumnya suatu logo bagi suatu gelaran acara, dari mulai adanya kebutuhan, diterjemahkan dari tema acara, diputuskan, diterapkan pada beragam media dan kemudian menginspirasi bagi perancangan berikutnya. Singkat bagi acaranya, tetapi tidak untuk kontribusinya bagi perancangan logo berikutnya.
Logo Muktamar ke-34 NU merupakan hasil penterjemahan tema “Menuju Satu Abad, Kemandirian, dan Perdamaian Dunia”. Tema yang sangat kompleks bagi suatu logo, dengan tiga kata kunci yang berbeda dan tentu tidak mudah untuk divisualisasikan. Strategi visual yang masuk akal, adalah dengan mewujudkannya berupa simbol (abstract/symbolic mark), bukan gambaran yang apa adanya/harfiah (pictorial mark), walaupun modal dasar perancangannya adalah angka 34 sebagaimana lazimnya perayaan berulangnya tahun ataupun perhitungan waktu lainnya.
Wheeler (2018: 62) menjelaskan bahwa topologi tanda abstrak/simbolik (abstract/symbolic mark) mampu bekerja secara efektif dalam menyampaikan ide-ide besar karena sifat ambiguitas (bermakna lebih dari satu). Dapat kita cermati hal tersebut pada makna filosofis dari logo Muktamar ke-34 NU yang dijabarkan oleh pembuatnya melalui NU Online, mulai keberadaan Siger dan angka 1 dalam aksara Arab hingga warna yang digunakan. Siger dan angka 1 dalam aksara Arab pada dasarnya adalah angka 3 dalam Arab yang telah dikondisikan dengan mengorbankan tingkat keterbacaannya.
Siger dijelaskan dalam filosofis logonya sebagai simbol Lampung, menara titik nol Sumatera, keagungan adat budaya dan tingkat kehidupan terhormat. Sedangkan angka 1 bermakna secara tersirat tentang kemandirian. Selain itu, komposisi utuh dari logo ini layaknya pilar pemersatu bangsa yang bermakna kewibawaan orang yang terpilih, sedangkan warna hijau berbeda dengan warna kuning dan oranye yang bermakna tunggal, warna hijau selain warna khas NU juga melambangkan kesuburan dan kesejukan.
Jelas sudah, ada makna yang tidak tunggal pada elemen logo Muktamar ke-34 NU dari bentuknya, warnanya hingga komposisinya. Dari satu elemen, tidak hanya ada satu makna, bahkan satu angka pun dibelah menjadi dua tanda yang salah satu tandanya memiliki banyak makna. Tema yang sangat kompleks dengan tiga kata kunci, yakni menuju satu abad, kemandirian dan perdamaian dunia terwujud dan dibebankan semuanya pada logo. Kondisi semacam ini tidak menguntungkan bagi perangkat identitas visual lainnya.
Tony Allen dan Jhon Simmons (2009: 113-114) mengatakan bahwa identifikasi merek, terdiri dari identitas visual dan identitas verbal. Identitas visual terdiri dari elemen grafis yang bersama-sama membangun sistem untuk mengidentifikasi dan merepresentasikan merek yang terdiri dari elemen dasar, yakni logotype, simbol, warna dan huruf.
Selain elemen dasar bagi identitas visual tersebut, ada elemen grafis yang melengkapinya juga yakni pola (atau yang lazim diistilahkan secara khusus sebagai supergraphic), ilustrasi dan fotografi (atau istilah lainnya secara khusus disebut sebagai imagery) serta perangkat ikon. Sedangkan identitas verbal terdiri dari nama beserta turunannya, tagline (atau sering disamakan dengan slogan), tone of voice dan penggunaan cerita. Perpaduan antara keduanya, visual maupun verbal, merupakan upaya yang dapat mewujudkan merek berfungsi dengan baik.
Tema Muktamar ke-34 NU yang kompleks tersebut, dapat teratasi dengan baik dengan cara mendistribusikannya dan memaksimalkan perangkat identitas visual dan verbal. Identitas Lampung sebagai tempat berlangsungnya Muktamar ke-34 NU dapat diperkuat lagi melengkapi keberadaan Siger yang digunakan di pucuk logo melalui penggunaan motif batik khas Lampung yang dibentuk menjadi pola supergraphic dan pastinya setiap motif punya filosofinya serta ketentuannya masing-masing.
Supergraphic yang berasal dari pola motif batik khas Lampung tersebut dapat mengisi media-media aplikasi dari identitas acara Muktamar ke-34 NU sehingga mencirikan tempat berlangsungnya Muktamar ke-34 NU di Lampung, sebagai alternatif dari pilihan penggunaan pola dekorasi geometris Islami yang umum ditemui. Tema kemandirian dan perdamaian dunia dapat dimaksimalkan penyampaiannya dengan pemanfaatan cerita melalui visualisasi ilustrasi dan atau fotografi.
Namun sebelumnya, kata kemandirian dan perdamaian dunia perlu dijelaskan terlebih dahulu, sebagai arahan yang memandu perancangan bagi pembuatnya, sehingga tidak keluar jalur dan tidak sesuai dengan konteksnya. Perancangan cerita melalui visualisasi ilustrasi dan atau fotografi dari tema Muktamar ke-34 NU tersebut kemudian dapat melengkapi dari keberadaan penggambaran tiga tokoh pendiri Nahdlatul Ulama yang selalu dimunculkan di media-media yang berukuran besar.
Perancangan identitas bagi suatu entitas, memang perlu perencanaan yang cermat, membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan sumber daya yang tidak sedikit. Terlebih untuk gelaran acara besar seperti Muktamar, yang semestinya dapat dibedakan dari acara seperti harlah dan istigosah kubro. Perancangan identitas Muktamar NU yang baik dapat berdampak secara internal maupun eksternal.
Dampak internalnya adalah terbangun kesadaran bersama akan mengemas identitas yang lebih baik lagi dan menjadi barometer bagi acara-acara yang lainnya, mengingat muktamar merupakan gelaran terbesar di NU. Dampak eksternalnya adalah tersampaikannya tema Muktamar NU dengan lebih baik lagi sehingga mudah direkognisi dan mendapatkan kesan positif yang lebih baik lagi dalam pergaulan nasional maupun dunia, mengingat NU merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Penulis adalah Dosen Desain Komunikasi Visual Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan Tim Pengajar di Kelas Desain NU Online
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua