Opini

Mendidik ala Ki Hajar Dewantara

Rabu, 2 Mei 2018 | 12:00 WIB

Di dalam bukunya Pendidikan, Ki Hajar Dewantara menjelaskan cukup rinci tentang peran dan tugas seorang guru dalam pendidikan. Ia menggambarkan seorang guru itu seperti seorang petani dan mengibaratkan anak didik seperti benih-benih tanaman yang berbeda-beda. Ada yang benih jagung, kacang, padi, dan lain sebagainya. Seorang petani memiliki tugas untuk menjaga, merawat, menyiangi, memupuk dan memastikan tanamannya tumbuh sesuai dengan mestinya. 

Seorang petani tidak bisa mengubah tanaman-tanamannya itu tumbuh menjadi satu jenis tanaman saja. Benih mereka berbeda. Sehingga mereka akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan benihnya masing-masing. 

Contoh, seorang petani yang menanam benih jagung pasti yang tumbuh adalah jagung, ia tidak memiliki kuasa untuk mengubahnya menjadi tanaman padi. Dia hanya bisa merawat jagung tersebut tumbuh sesuai dengan wataknya dan memupuknya sehingga menjadi jagung yang berkualitas.

Begitu pun peran dan tugas seorang guru, ia tidak bisa merubah watak dan karakter anak didiknya. Yang bisa ia lakukan adalah memfasilitasi, memberi arahan, menjembatani dan mendorong anak didiknya untuk terus berkembang sesuai dengan watak dan karakternya masing-masing. 

Peran dan tugas seorang guru hanyalah memberi ‘pupuk’ dan memastikan anak didiknya tersebut tumbuh sesuai dengan kodrat dan karakternya masing-masing. Karena pada dasarnya, setiap anak itu memiliki kecerdasannya sendiri. Sedangkan, Guru bertugas untuk menemukan dan menggali kecerdasan tiap anak didiknya. Yakni dengan memupuk kecerdasannya tanpa harus mencerabut watak dan karakter seorang anak didik.

Bagi seorang Ki Hajar Dewantara, peran guru sangat lah vital dan penting. Mereka menjadi ujung tombak dalam pendidikan. Sukses atau tidaknya suatu pendidikan, yang paling besar menentukan adalah peran guru. Apabila peran dan tugas yang diemban seorang guru tidak tepat bahkan keliru, maka akan melahirkan anak didik yang timpang. Mereka cerdas namun tidak berkarakter dan bermoral. Dan bisa saja sebaliknya.

Tiga hal dalam pendidikan

Ki Hajar Dewantara merumuskan bahwa ada tiga hal yang seharusnya menjadi perhatian khusus dalam dunia pendidikan. Pertama, budi pekerti. Pendidikan budi pekerti menjadi dasar dari suatu pendidikan. Pendidikan budi pekerti harus lah mempergunakan syarat-syarat yang sesuai dengan jiwa kebangsaan anak didik. 

Salah satu cara untuk mengembangkan budi pekerti anak didik adalah dengan mendekatkan kehidupan mereka dengan kehidupan rakyat dan bangsanya. Dengan demikian, anak didik tidak hanya memiliki pengetahuan tentang kehidupan dan permasalahan rakyat dan bangsanya saja, akan tetapi juga dapat mengalaminya sendiri problematika yang ada. Cara ini juga efektif untuk membentuk karakter anak didik. 

Kedua, pikiran (intellectual). Hal yang kedua inilah yang selalu menjadi prioritas utama dalam pendidikan. Budi pekerti kerap kali dikesampingkan. Kecerdasan pikiran harus dibangun setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya, dan seluas-luasnya agar anak didik kelak mampu mewujudkan kehidupan yang sebaik-baiknya. 

Kecerdasan pikiran merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Mengapa? Karena anak didik yang memiliki pikiran cerdas akan menjadi pemecah masalah (problem solver) atas segala persoalan yang mendera bangsanya. Namun demikian, pendidikan kecerdasan pikiran harus dibarengi dengan pendidikan budi pekerti yang kuat agar mendatangkan kemaslahatan. 

Terakhir, jasmani. Dalam sebuah pepatah disebutkan bahwa Mensana incorpore sano (Di dalam tubuh yang kuat, terdapat jiwa yang sehat). Salah satu hal yang mesti diperhatikan dalam pendidikan adalah mendidik jasmani anak. Pendidikan jasmani jangan dipahami hanya sebatas olah badan, banyak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 

Pada dasarnya, pendidikan jasmani dapat mendatangkan kesehatan, menghaluskan tingkah laku, memperoleh ketangkasan, keteguhan hati, ketelitian, ketajaman, kedisiplinan, sportivitas, ketertiban dan lain sebagainya.

Dengan demikian, pada prinsipnya mendidik bukan berarti hanya mendidik pikiran anak didik, tapi juga mendidik budi pekerti dan jasmaninya. Ketiganya haruslah menjadi cakupan dan perhatian khusus di dalam sistem pendidikan kita. Apabila ketiganya terintegrasikan dan terimplementasikan dengan baik, maka akan lahir generasi yang cerdas, sehat, berkarakter, dan mendatangkan kemaslahatan.