Beberapa konsep inti Iqzath adalah transparansi dan kejujuran dalam semua transaksi, penerapan zakat dan infak, serta penerapan moral dalam ekonomi. (Ilustrasi: NU Online/Canva)
Muhammad Fauzinudin Faiz
Kolomnis
Konsep "Iqtishadiyyah Az-Zakiyah Ath-Thahirah" atau Iqzath, yang menekankan pada kesucian (purify) dan kebersihan (sanctify) dalam seluruh aspek ekonomi, memiliki akar yang ‘dalam’ dalam ajaran Islam dan ‘mendalam’ dalam konteks sosio-ekonomi. Dalam pandangan Islam, ajaran ini bersumber dari ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits yang menegaskan pentingnya integritas, kejujuran, dan kebersihan dalam aktivitas ekonomi.
Dalil normatifnya dapat ditemukan dalam ajaran agama, seperti ayat Al-Qur'an QS at-Taubah 103 yang menegaskan pentingnya zakat sebagai sarana membersihkan harta dan jiwa. Meskipun ayat ini awalnya berbicara tentang zakat, konsep ini lebih luas dapat digunakan dalam konteks ekonomi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam aktivitas ekonomi, kita dapat menciptakan harmoni antara dimensi spiritual dan materi dalam kehidupan ekonomi kita. Begitu juga dalam hadits Rasulullah saw yang menekankan bahwa penipu atau pelaku culas bukanlah bagian dari umat Islam, yang menunjukkan pentingnya kejujuran dalam bisnis.
Namun demikian, relevansi Iqzath tidak hanya dalam konteks normatif, tetapi juga dalam konteks sosio-ekonomi. Konsep ini dapat diimplementasikan secara nyata dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi. Beberapa konsep inti yang bisa diaplikasikan dalam sistem ekonomi berdasarkan Iqzath adalah transparansi dan kejujuran dalam semua transaksi, penerapan zakat dan infak sebagai sarana redistribusi kekayaan, serta pendidikan ekonomi yang mengintegrasikan nilai-nilai moral dan etika.
Dalam dunia bisnis online, konsep Iqzath juga memiliki relevansi yang besar. Transparansi dan kejujuran dalam berbisnis online sangat penting. Informasi yang jujur tentang produk dan transaksi adalah kunci kepercayaan antara penjual dan pembeli. Platform bisnis online dapat mempromosikan integritas ini dengan menegakkan peraturan ketat terkait deskripsi produk, foto yang jelas, serta ulasan dan rating dari pembeli sebelumnya.
Selanjutnya, prinsip zakat dan infak dapat diimplementasikan dalam bisnis online. Sebagian dari keuntungan dapat disumbangkan untuk tujuan amal atau bantuan sosial. Ini membantu dalam pengentasan kemiskinan dan pengurangan ketidaksetaraan ekonomi. Etika bisnis online juga dapat mendorong pembayaran yang bijaksana, dengan menahan dana sebelum pembeli menerima barang yang dibeli. Hal ini menghindari pemborosan uang dalam transaksi yang belum pasti.
Aturan-aturan ketat yang berlaku di platform online shop, marketplace, dan e-commerce memiliki relevansi yang kuat dengan konsep Iqzath, yang menekankan pada kesucian hati dan kebersihan dalam seluruh aspek ekonomi. Terutama, fitur-fitur seperti rating dan ulasan komentar dari konsumen atau pembeli, foto nyata barang yang akan dibeli, dan prinsip pembayaran yang ditahan dulu sebelum pembeli menerima barangnya, semuanya merupakan implementasi dari nilai-nilai konsep Iqzath dalam konteks bisnis online modern.
Rating dan ulasan komentar yang diberikan oleh konsumen sangat penting dalam membentuk kesan tentang produk atau penjual. Ini mencerminkan nilai integritas dan kejujuran dalam ekonomi, sebagaimana yang diusulkan dalam konsep Iqzath. Melalui penilaian dan ulasan ini, konsumen dapat berbagi pengalaman mereka dengan produk atau penjual kepada calon pembeli lainnya. Ini menciptakan transparansi dan memotivasi penjual untuk memberikan layanan yang lebih baik dan produk yang berkualitas, karena reputasi mereka bergantung pada ulasan pelanggan mereka. Dengan demikian, rating dan ulasan komentar memastikan bahwa transaksi ekonomi dijalankan dengan kejujuran dan kualitas yang diperlukan.
Selanjutnya, fitur foto nyata barang yang akan dibeli juga konsisten dengan prinsip-prinsip Iqzath. Ini membantu mencegah penipuan dan praktik penjualan yang tidak jujur. Konsumen dapat melihat dengan jelas barang yang mereka beli sebelum memutuskan untuk membelinya, yang mendukung integritas dalam transaksi bisnis. Hal ini juga meminimalkan ketidakpastian dalam transaksi online dan memastikan bahwa pembeli mendapatkan apa yang mereka bayar.
Prinsip pembayaran yang ditahan sementara sebelum pembeli menerima barang adalah langkah proaktif untuk menghindari penipuan dan mempromosikan kepercayaan dalam transaksi online. Ini sejalan dengan prinsip ketidakborosan yang ditekankan dalam konsep Iqzath, menghindari pemborosan uang dalam transaksi yang belum pasti. Dengan cara ini, pembeli dan penjual dapat merasa lebih aman dalam bertransaksi, dan pembayaran hanya dilepaskan setelah barang diterima sesuai dengan ekspektasi. Selain itu, ketentuan lain seperti kebijakan pengembalian barang, garansi produk, dan perlindungan konsumen yang diterapkan di platform e-commerce juga sesuai dengan prinsip-prinsip Iqzath. Mereka memberikan jaminan kepada pembeli bahwa mereka tidak akan dirugikan dalam transaksi dan bahwa transparansi dan kejujuran tetap terjaga.
Dalam keseluruhan konteks ekonomi online, aturan-aturan ketat ini memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai Iqzath. Mereka mendorong integritas, kejujuran, dan kebersihan dalam setiap aspek ekonomi online, menghasilkan transaksi yang lebih adil, berkelanjutan, dan berkah bagi semua pihak yang terlibat. Dengan adanya aturan ketat ini, platform online shop, marketplace, dan e-commerce dapat menjadi wahana yang memadukan nilai-nilai ekonomi Islam dengan praktik bisnis modern yang bertanggung jawab.
Muhammad Fauzinudin Faiz, Dosen Fikih & Ushul Fikih UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua