Setiap orang tua tentu memiliki harapan kelak buah hatinya menjadi anak yang berbakti, taat, dan bertakwa serta memiliki akhlak yang mulia. Harapan ini tentu tidak serta-merta hadir dengan sendirinya. Sebagai orang tua, tentu harus memfasilitasi anak agar tumbuh seperti yang diharapkan.
Salah satu cara yang bisa diimplementasikan dalam hal ini adalah dengan terus menambah wawasan tentang ilmu parenting. Misal, dengan membaca biografi para ulama atau tokoh-tokoh inspiratif.
Siapa yang tak mengenal Tuan Guru Sekumpul, KH Muhammad Zaini Abdul Ghani. Satu-satunya ulama yang sudah bergelar Mursyid Tarekat Sammaniyah tersohor di Kalimantan. Beliau merupakan ulama yang menguasai ilmu-ilmu tarekat, makrifat, hingga hakikat.
Sebelum Abah Guru Sekumpul menjadi ulama tersohor, tentu ada latar belakang dan lingkungan yang membentuk kepribadian beliau hingga menjadi ulama yang murah senyum, disiplin, dan dicintai murid-muridnya. Buku karya Luthfi Maulana berjudul ‘Abah Guru Sekumpul: Intan Permata dari Martapura’ menjadi referensi penting dalam menyelami kehidupan KH Muhammad Zaini yang sangat inspiratif dan penuh hikmah.
Dalam buku ini, dijelaskan bahwa KH Muhammad Zaini diasuh dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Tidak hanya orang tuanya. Bahkan, anggota keluarga lainnya seperti sang nenek pun ikut andil dalam hal ini.
Muhammad Zaini kecil disapa dengan panggilan Qusyairi. Qusyairi selalu dididik ibunya penuh kasih-sayang, lemah-lembut, baik ketika meminta Qusyairi melakukan aktivitas sehari-hari maupun ketika mengajarkannya hal-hal baru. Kasih sayang inilah yang kemudian membentuk kepribadian Qusyairi menjadi seorang alim ulama yang selalu bersikap lemah lembut dan penuh kasih sayang kepada sesama.
Setiap hendak tidur, Qusyairi selalu diceritakan oleh Salbiyah, neneknya, tentang kisah-kisah nabi dan rasul serta orang-orang alim terdahulu. Beliau juga selalu membimbing Qusyairi kecil untuk membaca bacaan: Yā nafsiyah al-Salbiyah, ma'ani ma'nawiyah ma fi qalbi ghairullah l ilaha illahu Muhammad al-Rasulullah; fi kulli lamhatin wa nafasin 'adada ma'wasi'ahu ilmullah sebelum Qusyairi tertidur lelap.
Qusyairi juga selalu diajarkan tentang pentingnya bersuci dan mensucikan diri. Seperti mengenalkan tentsng najis dan cara mensucikannya serta mandi setiap pagi dan sore. Tidak hanya tentang bersuci, Qusyairi sudah dikenalkan tentang pendidikan akhlak, tauhid, serta membaca dan memahami al-Qur'an sejak berusia tiga tahun.
Sejak saat itu, Qusyairi selalu dibimbing untuk gerakan dan bacaan sholat membiasakan sholat tepat waktu dan berjamah minimal satu kali dalam lima kali waktu sholat ketika Maghrib tiba. Karena ajaran inilah, Qusyairi bahkan dikenal sebagai anak kecil yang disiplin.
Qusyairi hidup dalam kondisi sederhana bersama kedua orang tuanya. Meski begitu, ia selalu diajarkan untuk berbagi kepada sesama, menebar kasih sayang, murah hati, serta selalu bersabar untuk menerima keadaan.
Qusyairi dibebaskan bermain dengan teman sebaya selagi tetap mengingat waktu shalat dan permainannya tidak menjerumus pada hal yang tidak baik. Kebiasaan ini menjadikannya remaja yang memiliki pribadi membahagiakan.
Orang tua Qusyairi sengaja menerapkan hal ini agar dirinya paham bahwa dalam berteman akan ada banyak karakter yang beragam sehingga output-nya ketika dewasa Qusyairi bisa berteman dengan siapapun. Meski demikian, tetap dengan akhlak dan budi yang luhur.
Dalam hal keilmuan, Qusyairi dibimbing oleh kedua orang tuanya untuk hormat kepada para ulama dan orang tua. Dalam buku ini diceritakan, kedua orang tua Qusyairi selalu memberinya sebotol minyak tanah agar diberikan kepada gurunya sebagai bentuk rasa hormat dan cinta kedua orang tua Qusyairi kepada sang guru.
Bahkan di masa remajanya, Qusyairi sering mendatangi para ulama shaleh hanya untuk mencium tangan dan meminta doa sebagaimana halnya Qusyairi hadir dan menunggu Alim Fadhil H Zainal Ilmi ketika akan pergi ke Banjarmasin.
Nilai-nilai inilah yang kemudian menjadikan Qusyairi tumbuh menjadi ulama yang dicintai. Dengan menerapkan nilai-nilai ini kepada anak-anak dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan mereka tumbuh bak intan permata Martapura.
Tidak hanya berisi kisah masa kecil KH Muhammad Zaini, buku ini juga bercerita tentang perkembangan Islam dari Nusantara hingga Martapura. Sanad keilmuan dan perjalanan dakwah serta karya-karya Tuan Guru Sekumpul. Selain itu, buku ini juga berisi tentang kharisma, kewalian, dan karamah Tuan Guru Sekumpul hingga momen menjelang kepergian sang intan permata Martapura ini.
Judul : Abah Guru Sekumpul; Intan Permata Dari Martapura
Penulis : Luthfi Maulana
Penerbit : CV. Global Press
Tahun : Cetakan I, Juli 2019
ISBN : 978-602-5653-46-9
Tebal : 120 halaman
Peresensi : Karimah Iffia Rahman, alumnus Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, pemilik laman www.iffiarahman.com
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua