Pustaka

Al-Anwarul Qudsiyah, Kitab Panduan Laku Tarekat Karya As-Sya'rani

Jumat, 25 Oktober 2024 | 12:00 WIB

Al-Anwarul Qudsiyah, Kitab Panduan Laku Tarekat Karya As-Sya'rani

Kitab Al-Anwarul Qudsiyah tentang panduan laku tarekat (NU Online - Ahmad Muntaha AM).

Al-Anwarul Qudsiyah fi Bayani Qawaidis Shufiyah merupakan kitab panduan hidup tarekat yang tidak lebih terkenal dari Ar-Risalatul Qusyairiyah atau Tanwirul Qulub untuk menyebut sebagiannya.
 

Kitab ditulis oleh pakar perbandingan mazhab fiqih yang cukup prolifik dan terkenal, Syekh Abdul Wahab As-Sya’rani. Ia wafat pada usia kurang lebih 75 tahun menurut kalender hijriyah. Ia hidup dalam rentang 898-973 H atau sekira 1493-1565 M.
 

Kitab Al-Anwarul Qudsiyah dapat ditemukan sekurang-kurangnya pada dua cetakan. Kitab Al-Anwarul Qudsiyah dapat ditemukan di pinggir Kitab At-Thabaqatul Kubra semacam karya hagiografi cetakan Darul Fikr model lama dan ukuran font standar kitab kuning yang juga ditulis oleh Imam As-Sya’rani.
 

Kitab Al-Anwarul Qudsiyah bisa juga ditemukan yang dicetak secara mandiri. Kitab tersendiri dengan font agak besar ini dicetak oleh penerbit Dar Shadir.
 

Imam As-Sya’rani secara lugas membagi bukunya Al-Anwarul Qudsiyah ke dalam tiga bab: yaitu Bab Pertama, Bab Kedua, dan Bab Ketiga. Karyanya yang diawali dengan mukadimah atau prolog dan diakhiri dengan khatimah atau epilog.
 

Pada prolognya, Imam As-Sya’rani menyebutkan:
 

“Ini merupakan risalah agung yang belum pernah dijahit oleh seorang pun. Saya menamainya Risalatul Anwaril Qudsiyyah fi Bayani Qawaidis Shufiyyah. Saya mengisinya dengan sebuah prolog, tiga bab, dan sebuah epilog. Prolog berisi penjelasan aqidah komunitas tarekat dan penjelasan sanad mereka terkait talqin zikir, pemakaian baju sufi, dan adab zikir.” (As-Sya’rani: 35).
 

”Saya lampirkan setiap babnya dengan kutipan ulama salaf dan khalaf yang menyenangkan pembaca yang sepenuhnya berisi nasihat dan adab.” (As-Sya’rani: 36).
 

Ia membandingkan akhlak murid yang disinggung pada kitab ini sebagai setetes dari air laut. Ia mengatakan, murid tarekat perlu berkaca pada adab dan akhlak yang termuat dalam kitab ini.
 

Jika seorang murid mendapati dirinya sesuai dengan adab pada kitab ini, bolehlah ia bertahmid memuji Allah. Tetapi bila ia menemukan dirinya sunyi dari akhlak dan adab di buku ini, hendaklah ia berusaha untuk menempuh suluk di bawah bimbingan seorang guru tarekat yang dapat dipercaya. (As-Sya’rani: 39).
 

Pada prolognya, Imam As-Sya’rani menjelaskan jenis aqidah kaum tarekat terutama soal sifat Allah:
 

“Komunitas tarekat bersepakat, Allah itu esa, tiada duanya, suci dari sahabat dan anak, penguasa tanpa sekutu, raja tanpa perlu wazir, pencipta tanpa perlu pengatur, ada oleh zat-Nya sendiri tanpa perlu zat lain yang menciptakan-Nya. Justru selain-Nya memerlukan-Nya. Seisi alam ini tercipta oleh-Nya.” (As-Sya’rani: 40).
 

“Dialah Allah yang ada oleh zat-Nya sendiri, tanpa awal dan akhir pada wujud-Nya. Wujud-Nya absolut terus menerus dan berdiri pada diri-Nya. Dia bukan jauhar dan aradh yang lalu terbatasi oleh ruang, sehingga mustahil kekal pada-Nya. Dia juga bukan jisim yang lalu memiliki arah. Dia suci dari segala arah dan sisi. Dia terlihat oleh hati dan mata. Dia bersemayam di Arasy sebagaimana firman-Nya dan menurut makna yang Dia kehendaki. Tiada bagi-Nya perumpamaan. Dia tak dapat ditunjukkan oleh akal, tak terbatasi oleh waktu dan ruang. Dia ada tanpa ruang. Dia sekarang ada sebagaimana ‘dulu-Nya.’ Dia menciptakan benda yang meruang, ruang, dan waktu.” (As-Sya’rani: 40).
 

Bab Pertama Kitab Al-Anwarul Qudsiyah berisi adab murid terutama terhadap dirinya sendiri, pilar tarekat, tanda tobat sejati, cara memilih mursyid, watak kefaqihan yang selalu melekat pada seorang sufi, penyucian diri, antara syariat dan hakikat, tajrid, jalan pintas bagi murid, ciri murid sejati, cara menjadi murid, cara memilih guru agama, urgensi zikir, fondasi tarekat, syarat murid sejati, cara penyucian lahir dan batin, perjalanan murid, sahabat dalam komunitas tarekat, cara murid menggapai Allah, jenis penyakit hati, ibadah dan futuh, dan su’ul adab.
 

Bab Kedua Kitab Al-Anwarul Qudsiyah berisi sejumput adab murid terhadap gurunya, cinta-cinta yang lembut, sifat para muhibin/pecinta Allah, bahasa orang mabuk cinta, tobat sebelum tarekat, permohonan izin kepada syekh tarekat, larangan bertanya “mengapa?” kepada guru tarekat, cara menjaga semangat persaudaraan sesama anggota komunitas tarekat, larangan ingkar terhadap guru tarekat, tanda keberhasilan murid, cara berdoa, buah khalwat.
 

Bab Ketiga Kitab Al-Anwarul Qudsiyah berisi sejumput adab murid terhadap sesamanya dan kepada sahabat gurunya. Sedangkan khatimah atau epilog kitab ini berisi adab dan syarat komunitas tarekat secara umum baik bagi murid maupun guru tarekatnya terhadap sesama manusia dan makhluk lainnya.
 

Pada epilognya, Imam As-Sya’rani menyebutkan adab komunitas tarekat yang selalu mencela hawa nafsu. Mereka tidak memandang amalnya sudah membuat Allah ridha. Mereka selalu menganggap diri mereka berhak menerima siksa dan kutukan Allah. Abu Yazid Al-Busthami setiap kali bangun tidur segera mengusap muka untuk memastikan wajahnya dalam kondisi baik-baik saja.
 

Ketika ditanya mengapa demikian, ia menjawab, “Aku khawatir Allah mengubah rupaku dengan rupa anjing atau babi karena perbuatan nista yang kulakukan.” (As-Sya’rani: 511).
 

Identitas Kitab

Judul: Al-Anwarul Qudsiyah fi bayani Qawaidis Shufiyah
Penulis: Syekh Abdul Wahab As-Sya’rani
Penerbit: Dar Shadir
Kota Terbit: Beirut
Jumlah Juz: 1


Peresensi​​H Alhafiz Kurniawan, penyuluh agama Islam Kebayoran Baru, Jaksel