Pustaka

Belajar Menyayangi Tetangga

Senin, 16 April 2012 | 01:09 WIB

Judul : Tetangga Itu Pundi Pahala
Penulis : Khoiro Ummatin
Penerbit : Pustaka Pesantren
Cetakan : Pertama, 2011
Tebal : xiv+84 Halaman
Peresensi : Hodariyatus Sofia*
<>
Hidup di dunia tidak sendiri, kita senantiasa berinteraksi dengan sesama, terutama tetangga di lingkungan kita. Mereka adalah orang yang paling dekat dengan kita—setelah keluarga—banyak hal pasti sering berkaitan dengan mereka. Seperti saling membantu, bersedekah, atau sekedar bertegur sapa. Namun demikian, meski tetangga merupakan orang yang dekat dengan kita, bukan tidak mungkin antara kita ada disharmoni dengan mereka. Kadangkala karena egoisme dan harta, kita tidak rukun dengan tetangga. Sementara mereka adalah orang terdekat dengan kita, yang bisa diharapkan bantuannya setelah keluarga.

Buku “Tetangga Itu Pundi Pahala” karya Khoiro Ummatin hendak mengajak kita agar belajar menyayangi tetangga. Penulis menguraikan penjelasannya secara renyah baik dalam perspektif keislaman maupun sosial. Melalui dasar 40 hadist dalam buku ini, ia memaparkan argumentasi yang luar biasa tentang pentingnya menyayangi dan berbuat baik pada tetangga. Secara khusus buku ini memang mengumpulkan hadist-hadist Nabi yang berkaitan dengan etika berbuat baik kepada tetangga. Sehingga dapat menggugah kesadaran umat Islam akan pesan-pesan Rasulullah perihal menyayangi tetangga.

Buku ini mengajak pembaca untuk menjalani kehidupan sesuai dengan sabda dan teladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW, secara khusus tentang etika berbuat baik kepada tetangga. Bagaimanpun tetangga merupakan orang penting dalam kehidupan kita, sebab mereka bisa menjadi orang yang dapat membantu kesulitan hidup, atau sekedar berbagi (curhat) untuk menenangkan kehidupan kita. Maka sebagai penyumbat pontensi konflik dengan tetangga, buku ini penting untuk dibaca. Seringkali ketidakakuran dengan tetangga hanya kerana egoisme dan kepentingan materi yang hanya sesaat.   

Terutama dalam hal ini, orang-orang kota penting membaca buku ini, sebab sudah jamak kita mafhumi orang kota biasanya cendrung egois dan tidak peduli terhadap tetangga. Mereka hidup individualistis. Tidak peduli tetangga sedih atau bahagia, lapar atau kenyang, yang penting mereka bisa hidup bahagia sendiri. Kehidupan seperti ini sudah biasa di kota-kota besar. Maka dari itu, buku ini dapat membantu mereka memperbaiki hubungannya dengan tetangga.

Gambaran Keperibadian

Bahkan dalam salah satu hadistnya Nabi bersabda “Jika tetanggamu berkata bahwa engkau baik, berarti engkau orang baik. Jika tetanggamu bilang engkau orang tidak baik, berarti engkau bukan orang baik (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Asakir)”. Hadist ini mempertegas bahwa gambaran keperibadian seseorang bisa dilihat dari penilaian tetangga terhadap dirinya. Sehingga bila orang baik menurut tetangganya, pasti ia baik, begitu sebaliknya. Tetangga merupakan juri yang selektif dan objektif karena merekalah yang tahu keberadaan tentang kepribadian seseorang secara pasti.

Oleh karena itu, sudah semestinya kita menyadarkan diri kita akan pentingnya menyayangi tetangga, baik dalam bentuk cinta, materi atau berupa jasa bantuan. Sebab kebaikan yang kita lakukan kepada tetangga tidak hanya berbuah kebaikan di dunia saja, namun bisa kita petik di akhirat kelak. Sehingga kita mendapat keuntungan ganda. Bentuk rasa kasih sayang kepada tetangga bisa dilakukan sesuai dengan kemampuan kita, tidak harus berupa materi yang banyak, namun apapun yang bisa kita lakukan untuk kebaikan tetangga itu harus kita lakukan. Sebab dengan begitu, mereka juga akan berbuat baik kepada kita.


* Hodariyatus Sofia, Mahasiswi Sastra Inggris Universitas Trunojoyo Bangkalan Madura.