Pustaka Manuskrip

Mengingat Tacuin Aegritudinum

Kamis, 20 September 2012 | 00:59 WIB

Gambar di sisi kanan Anda adalah manuskrip Tacuin Aegritudinum yang merupakan terjemahan bahasa Latin dari kitab Taqwimul Abdan fi Tadbiril Insan karangan ulama Muslim Ibnu Jazla (Abu Ali Yahya ibn Isa ibn Jazla al-Baghdadi, dikenal juga dengan Buhahylyha Bingezla, w. 1100). 
<>
Kitab tersebut merupakan ensiklopedi panduan pengobatan segala jenis penyakit dan juga panduan ilmu bedah. penerjemahnya adalah Faraj ibnu Salim al-Shiqili (dikenal juga dengan Farragut of Girgenti), seorang Yahudi asal Sisilia yang hidup di abad ke-13. 

Farragut juga menerjemahkan kitab Al-Haawi karangan ar-Razi (Abu Bakar Muhammad ibn Zakaria al-Razi, dikenal juga dengan Rhazes, w. 925), yang merupakan salah satu karya kanonik kedokteran di zaman pertengahan lainnya. Terjemahan Al-Haawi ini kemudian diberi judul Continens. 

Farragut menerjemahkan dua karya monumental di bidang kedokteran tersebut atas mandat Raja Sisilia Charles I yang sangat hormat dan cinta ilmu pengetahuan.

Pada gilirannya, Taqwinul Abdan (Tacuin Aegritudinum) dan Al-Haawi (Continens) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Farragut itu menjadi rujukan utama kajian ilmu kedokteran, bukan sekedar di akademi kedokteran Sisilia, tetapi juga di perguruan-perguruan Eropa lainnya, selama berabad-abad sepanjang zaman pencerahan Eropa.

Ilmu adalah cahaya. Siapa saja yang memiliki ilmu maka ia akan dianugerahi banyak keutamaan. Pada zaman pertengahan dulu, umat Islam menjadi unggul karena ilmu pengetahuan, dan Eropa menjadi merosot karena kebodohan.

Siapa saja yang ingin bangkit, maka ia harus memulainya dengan ilmu pengetahuan. Eropa masa pertengahan bangkit dari kebodohan dan kegelapannya dengan cahaya ilmu pengetahuan. (Ahmad Ginanjar Sya'ban)