Sosialisme dan Pemikiran Muammar Qadhafi
Sabtu, 17 Juni 2006 | 10:44 WIB
Penulis : Endang Mintarja
Peresensi : Fikrul Umam MS*
Kata sosialisme berasal dari bahasa Latin socius yang berarti makker (Belanda), friendly (Inggris), pertemuan atau persahabatan (Indonesia). Secara terminologi sosialisme bermakna berbagai macam teori atau sistem organisasi sosial, yang disitu alat-alat produksi dan pembagian kekayaan dimiliki (dan dikelola) secara kolektif melalui pemerintahan sentralistis yang selalu merancang dan mengawasi ekonomi. Seiring dengan pengertian sosialisme yang terus berkembang, ia sering dikaitkan dengan produk sejarah dan kebudayaan. Untuk mendefinisikannya secara tepat, perlu bagi kita untuk menelaah perkembangannya, dari sosialisme sebagai embrio pada masa klasik, di mana sosialisme bukanlah sebagai konsep yang baku, apalagi sebagai kajian ilmiah sampai pada diperkenalkannya sosialisme sebagai istilah yang baku dan sebuah disiplin ilmu dari gerakan yang sistematis.
Pierre Leroux, seorang penganut Saint-Simonisme, mengklaim bahwa diriny<>alah yang pertama kali memperkenalkan kata socialism. Sehingga kata sosialisme sering diasumsikan muncul di Prancis sekitar tahun 1830. Namun, menurut penelusuran Theimer istilah sosialisme sudah dikenal pada tahun 1827 di kalangan pengikut Owen. Pada saat yang bersamaan juga dikenal kata komunisme. Namun kedua kata yang semula artinya identik itu, dalam perkembangan selanjutnya salah satunya menempuh cara sendiri untuk mencapai cita-citanya. Komunisme dipakai untuk aliran sosialis yang totaliter, yang menuntut penghapusan total hak milik pribadi dan kesamaan konsumsi, serta mengharapkan keadaan komunis itu bukan dari kebaikan pemerintah, melainkan semata-mata dari perjuangan kaum terhisap itu sendiri. (hlm 28)
Citra Qadhafi di mata Internasioanal sebagai seorang fundamentalis dan biang terorisme internasional perlu dikaji ulang dan dikritisi. Bila ditinjau dari visi dan misi perjuangan politik juga dari pemikiran keagamaannya, Qadhafi jauh dari istilah-istilah yang dilabelkan oleh Barat ataupun para rivalnya dikalangan muslim. Qadhafi yang berlatar belakang kebudayaan padang pasir adalah sosok manusia yang bebas dan anti dari segala tekanan yang datangnya dari luar.
Jauh sebelum Cak Nur memperkenalkan pemahamannya mengenai makna Islam yang inklusif, Qadhafi telah mengklasifikasikan makna Islam Esternal dan Islam Primordial. Walaupun Qadhafi tidak memberikan definisi yang jelas mengenai dua istilah tersebut, kita dapat memahami dari uraian yang ia berikan dalam menjelaskan Islam sebagai agama semua Nabi yang mengandung kebenaran universal dan ajaran yang abadi dan hakiki dari Allah SWT dan Islam yang terintitusionalisasikan (institusionalized/organized religion) yang syarat dengan muatan syariat sebagaimana diwahyukan oleh Rasulullah saw.
Islam esternal, kata Qadhafi merujuk pada agama seluruh Nabi dan Rasul, terutama Nabi Ibrahim sebagai bapaknya para Nabi yang dianggap sebagai orang Islam sejati yang mengajarkan sikap hidup pasrah secara total terhadap Tuhan. Dengan demikian, siapa saja yang meyakini adanya Tuhan dan berbuat amal saleh, ia dianggap sebagai seorang muslim apapun agama yang mereka peluk. Sebagaimana yang diungkapkan Qadhafi: “Dengan meyakini kepada Tuhan Yang Satu dan berbuat amal shaleh, semua masalah akan dapat diatasi. Tidak masalah apakah anda pengikut Muhammad, Musa atau Yesus.”
Sedangkan Islam Primordial adalah Islam yang terinstitusionalisasikan lewat ajaran yang disampaikan Muhammad saw sebagai agama yang mengandung niali-nilai universal dan sebagai agama yang mengandung nilai-nilai sosial, politik dan ekonomi secara komprehensif. Dengan demikian, walaupun Qadhafi mengakui “keislaman” ahli kitab, ia tetap mengajak mereka untuk dapat kembali kepada ajaran Tuhan yang murni. Sedangkan kemurnian ajaran Tuhan sekarang ini, menurut Qadhafi hanya ada dalam al-Qur’an. Taurat dan Injil telah mengalami distorsi ajaran dengan kaburnya makna tauhid
Qadhafi meyakini bahwa al-Qur’an dengan penafsiran yang baru sarat dengan konsep perubahan secara revolusioner. Menurut Qadhafi prinsip-prinsip fundamental dari sosialisme sejati akan ditemukan dalam al-Qur’an. Ide sosialisme Islam bukan merupakan barang baru bagi Qadhafi. Ide ini merupakan gagasan orisinal Jamal Abdul Naseer yang berlandaskan pada nasionalisme Arab. Namun Qadhafi merupakan orang pertama yang menggunakan istilah sosialisme Arab Islam sebagai basis ideologi.
Sosialisme sejati merupakan ajaran yang hendak mewujudkan persamaan dalam kesempatan (equal opportunity), keadilan sosial (social justice) dan pengakuan terhadap ikatan sakral antara elemen masyarakat. Sosialisme sejati ini adalah sosialisme Arab dan Islam yang merupakan ideologi masyarakat dunia ketiga. Dengan demikian menurut Qadhafi, Islam telah mengajarkan sosialisme sebelum Marx dan Lenin. (hlm 154)
*Peresensi adalah pustakawan, santri PPM. Hasyim Asy'ari Krapyak Yogyakarta. HP. 081325 371317 Email;
Terpopuler
1
Hitung Cepat Dimulai, Luthfi-Yasin Unggul Sementara di Pilkada Jateng 2024
2
Daftar Barang dan Jasa yang Kena dan Tidak Kena PPN 12%
3
Kronologi Santri di Bantaeng Meninggal dengan Leher Tergantung, Polisi Temukan Tanda-Tanda Kekerasan
4
Hitung Cepat Litbang Kompas, Pilkada Jakarta Berpotensi Dua Putaran
5
Bisakah Tetap Mencoblos di Pilkada 2024 meski Tak Dapat Undangan?
6
Ma'had Aly Ilmu Falak Siap Kerja Sama Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan
Terkini
Lihat Semua