Amien Nurhakim
Penulis
Kitab Sullamut Taufiq banyak dikaji di berbagai pesantren di Indonesia. Sullamut Taufiq ditulis oleh Habib ‘Abdullah bin Husayn bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim al-‘Alawi al-Hasani al-Hadhrami, seorang ulama yang zuhud dan wara’.
Penulis kitab ini lahir tahun 1191 Hijriah di Kota Tarim dan tumbuh berkembang di sana. Kemudian ia menuntut ilmu ke Makkah dan Madinah selama beberapa tahun di bawah bimbingan Sayyid ‘Aqil bin ‘Umar bin ‘Aqil bin Yahya, Syekh ‘Umar bin ‘Abdurrasul ‘Atthar, Sayyid Ahmad bin ‘Alwi, dan lain-lain.
Selain Sullamut Taufiq, karyanya adalah Miftahul I’rab dalam bidang nahwu. Ia wafat pada malam Kamis 17 Rabi’uts Tsani tahun 1272 Hijriah. Ia dimakamkan di Tarim. Di hari peristirahatannya, banyak orang yang hadir dari berbagai wilayah.
Nama lengkap kitab ini adalah Sullamut Taufiq ila Mahabbatillah ‘alat Tahqiq: Mukhtashar fima yajib ‘ala kulli muslimin ayya’lamahu min ushuliddin wa furu’ih (Tangga Pertolongan Menuju cinta Allah yang hakiki : Sebuah ringkasan materi yang wajib diketahui orang Muslim berupa pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya).
Sullamut Taufiq diawali dengan pujian kepada Allah dan shalawat, kemudian mukadimah kitab yang menyatakan kecilnya kitab ini, akan tetapi boleh jadi memuat manfaat yang banyak.
Motivasi Habib ‘Abdullah dalam menulis kitab Sullamut Taufiq adalah supaya menjadi wasilah kedekatannya pada Allah ta’ala serta agar pembaca dapat menyukai amalan-amalan yang bersifat sunnah dan beribadah sesuai tuntunan agama.
Hemat penulis, secara umum kitab ini disusun dengan 3 tema besar, yaitu akidah, fiqih, dan akhlak. Ketiga hal pokok tersebut merupakan intisari dari ajaran Islam yang terdapat dalam hadits Jibril mengenai iman, islam dan ihsan serta penjelasan-penjelasan lanjutannya.
Pasal atau bab pertama dalam Sullamut Taufiq adalah bahasan terkait sesuatu yang menjadi prioritas untuk diketahui dan hukumnya adalah wajib, yaitu bahwa seluruh manusia yang sudah baligh terkena kewajiban untuk masuk Islam dan senantiasa menjalankan hukum-hukumnya hingga akhir hayat.
Setelah itu dilanjut dengan pasal yang menjelaskan makna dua kalimat syahadat. Kalimat syahadat dalam bab ini dibahas secara detail dan terperinci dengan dilengkapi penjelasan sifat-sifat Allah yang wajib diketahui seorang mukallaf.
Pasca pembahasan sifat Allah, penjelasan mengenai sifat-sifat dan keimanan kepada nabi dan rasul dibahas secara detail hingga bab al-ghaybiyyat (sesuatu yang abstrak dan tak kasat mata) seperti surga, neraka, malaikat, jin, hari kiamat, pahala, dosa, takdir, dan lain sebagainya.
Pembahasan terkait tauhid dan akidah dalam Sullamut Taufiq dapat disebut cukup detail sebab menyajikan informasi yang cukup praktis seperti “Pasal Bagaimana Menjawab Pertanyaan ‘Allah itu siapa?”. Selain itu, terdapat juga materi-materi pembahasan mengenai perbuatan, baik hati, lisan ataupun anggota tubuh yang dapat membatalkan keislaman seseorang (murtad).
Sebagaimana disebut di awal, bahwa urutan pembahasan kitab ini adalah ilmu akidah, ilmu fiqih, dan akhlak. Maka pasca pembahasan akidah selesai, bab-bab selanjutnya berisi pasal terkait bersuci, shalat, puasa, zakat, haji, mu’amalah (secara umum seperti jual beli, pernikahan, dan nafkah yang wajib).
Tema-tema pada bab setelah pembahasan fiqih adalah terkait akhlak yang dibawahi dua payung besar yaitu penyucian diri (tazkiyatun nufus) dan penjelasan terkait jenis-jenis maksiat seperti maksiat hati, perut, mata, lisan, telinga hingga seterusnya disusul pasal tentang tobat.
Habib ‘Abdullah menutup kitab Sullamut Taufiq dengan ucapan syukur dan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan. Kitab ini selesai ditulis di awal bulan Rajab tahun 1241 hijriah.
Di antara kitab-kitab syarah dan penjelasan kitab Sullamut Taufiq adalah Mirqatush Shu’udit Tashdiq karya Syekh Nawawi al-Bantani yang banyak digunakan santri Indonesia dan juga Ka’sur Rahiq karya Shalih bin Mathar bin Bakiran Bama’bud.
Al-Habib Umar bin Hafiz pernah mengomentari kitab ini, di mana komentarnya dimuat di dalam kita Ka’sur Raiq syarh Sullamut Taufiq. Beliau menyebut Sullamut Taufiq merupakan karangan paling bermutu dan bermanfaat yang berisi pokok-pokok ilmu syariat, dan kemanfaatan tersebut terlihat dari banyaknya pembaca kitab ini yang boleh jadi tumbuh rasa cinta sebab adanya taufiq dari Allah. Wallahu a’lam.
Ustadz Amien Nurhakim, Musyrif Pesantren Darus Sunnah Jakarta
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua