Risalah Redaksi

Maulid Nabi Untuk Menggali Semangat Profetik

Selasa, 18 Maret 2008 | 09:49 WIB

Tidak salah jika Sultan Salahuddin Al Ayyubi menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi SAW guna membangkitkan spirit jihad kaum Muslim di bawah penjajahan tentara Salib. Terbukti dengan washilah Nabi ia berhasil mengangkat moral kaum Muslimin, sehingga bisa memenangkan berbagai pertempuran. Sunnah atau tradisi yang dipelopori oleh pahlawan Islam itu terus bergema hingga saat ini. Memang ada kelompok Islam yang membid’ahkan dan mengharamkan, karena mereka tidak memiliki semangat juang, dan menganggap perjuangan tidak penting.

Tetapi bagi mayoritas Muslim terutama kaum Sunni sangat memegang tradisi yang berkembang di seluruh jagat Muslim, sehingga gemanya terus berkumandang hingga saat ini, tidak hanya dalam bentuk ceramah, berbagai kidung, madah dan pantun dibaca sehingga menggetarkan arasy. Karena telah menjadi tradisi, maka memiliki logika sendiri. Sebagai prosesi yang tidak boleh ditinggalkan, maka tidak aneh kalau Negara Republik Indonesia menjadikannya sebagai hari libur.<>

Ini menunjukkan bahwa kita perlu terus-menerus menggali inspirasi dan menggali api profetik dari peringatan maulid Nabi ini. Sebab hingga saat ini banyak bidang yang perlu dikembangkan bahkan masih perlu diperjuangkan, baik yang bersifat politik dan kemasyarakatan termasuk kebudayaan. Komunitas sekecil apapun berusaha melaksanakan hal ini sebagai upaya mencara syafaat untuk meperoleh kebebasan dari keterbelakangan, kemiskinan dan berbagai penderitaan.

Bagi bangsa Indonesia yang sedang menghadapi persoalan besar, seperti krisis moral, kebudayaan, politik dan ekonomi, akibat ulah bangsa sendiri yang telah menyerahkan seluruh kedaulatan pada pihak asing yang jahat, sehingga Negara kehilangan kemampuan untuk melayani rakyatnya sendiri. Akhirnya, rakyatnya mengemis pada bangsa lain, bahkan diperbudak oleh bangsa lain, ketika kepercayaan diri, identitas diri dan harga diri hilang.

Nabi Muhammad sebagai pembawa obor penerang sehingga mengeluarkan masyarakat dari kondisi kejahiliyahan ke dalam kondisi kedamaian. Mengangkat derajat dan moralitas masyarakat menjadi masyarakat bermoral tinggi. Membebaskan dari berbagai penghisapan oleh kalangan kaya dengan memperkenalkan pendistribusian pendapatan dengan sistem zakat, sedakah dan infak. Langkah spektakular ini diterapkan agar tidak terjadi kesenjangan hidup dalam masyarakat.

Dengan peringatan maulid ini diharapkan kita bisa banyak mengambil pelajaran dari sejarah atau sunnah Nabi sebagaimana tersebut di atas. Saat ini kita berada dalam berbagai belenggu. Kita membutuhkan semangat pembebasan, agar kita tidak hanya bertopang dagu sambil mengeluh tentang keadaan. Kita dituntut untuk melawan segala bentuk ketidakadilan. Inilah tugas profetik yang harus dipikul oleh setiap Muslim sebagai upaya mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semua bangsa.

Tetapi celakanya ada sementara orang yang melihat keadaan ini sebagai keadaan yang normal dan wajar sehingga tidak membutuhkan perubahan total. Bagi kelompok yang diuntungkan oleh struktur yang timpang dan tidak adil ini bisa berpendapat demikian, karena mengabaikan beberapa kenyataan. Tetapi bagi mereka yang jeli melihat kenyataan tidak bisa bersikap masa bodoh seperti itu. Keadaan yang tidak sesuai dengan prinsip moral dan keadilan ini perlu diubah.

Sebagai cara untuk mengubah, berbagai aktivitas sosial harus dilakuan. Selain itu juga perlu memiliki spirit dan militansi untuk memperjuangkan sesuai yang diangap mulia, yakni kedailan. Nah dengan adanya peringatan Maulid Nabi ini sudah selayaknya masyarakat Islam menggali semangat kenabian agar memperoleh spirit dan kekuatan dalam menjalankan perjuangan keadilan. Apalagi meurut Al Quran, bahwa keadilan merupakan langkah akhir menuju ketakwaan. (Abdul Mun’im DZ)