Sunnatullah
Kolomnis
Salah satu ulama yang berperan besar pada perkembangan Islam, terkhusus dalam perkembangan tafsir-tafsir Al-Quran dan hadits-hadits Nabi Muhammad saw adalah Imam Al-Qurthubi. Ia seorang ulama yang sangat alim, ahli hadits, seorang mufasir (ahli tafsir) Al-Quran yang sangat terkenal tidak hanya pada masanya, namun hingga sekarang. Karya-karyanya terus dibaca dan dikaji hingga saat ini.
Nama Lengkap dan Kelahiran
Sebagaimana catatan Syekh Shalahuddin As-Shafadi (w 764 H) dalam kitab Al-Wâfi bil Wâfiyat, Imam Al-Qurthubi bernama lengkap Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farah Abu Abdillah Al-Anshari Al-Khazraji Al-Qurthubi. Tidak ada catatan pasti tentang tahun kelahirannya dalam catatan ahli sejarah. (As-Shafadi, Al-Wâfi bil Wâfiyat, [Beirut, Darul Ihya at-Turats: 2000], juz II, halaman 87).
Namun sebagaimana ditulis oleh Syekh Hasan Mahmud dalam kitab Al-Imam Al-Qurthubi Syaikhu Aimmatit Tafsir yang membahas secara detail biografi dan sejarahnya, ia menengarai bahwa Al-Qurthubi lahir sekitar awal abad keenam Hijriah di Cordoba (Andalusia), sebelah barat Spanyol. (Hasan Mahmud, Al-Imam Al-Qurthubi Syaikhu Aimmatit Tafsir, [Damaskus, Darul Qalam: 1993], halaman 14).
Rihlah Intelektual: dari Spanyol hingga Mesir
Imam Al-Qurthubi lahir dari keluarga yang sangat agamis. Kedua orang tuanya merupakan sosok ahli ibadah yang sangat taat terhadap ajaran-ajaran Islam, sehingga ia mendapatkan langsung didikan dan pelajaran dari kedua orang tuanya yang sangat istiqamah dalam menjalankan semua kewajiban agama.
Lahir dari keluarga yang agamis menjadikannya sebagai sosok yang senang pada keilmuan. Benar saja, sejak kecil semua waktunya lebih sering digunakan untuk belajar, mengaji, dan menghafal pelajaran-pelajaran yang diajarkan oleh ayahnya. Ia belajar kepada ayahnya hingga wafat.
Sebagaimana dicatat oleh Syekh Hasan Mahmud dalam kitab Al-Qurthubi: Syaikhu Aimmatit Tafsir, setelah kepergian ayah, Al-Qurthubi belajar kepada para ulama yang ada di Cordoba dan Andalusia. Di antara pelajaran-pelajaran yang ia tekuni pada masa itu adalah ilmu-ilmu Al-Quran, ilmu qiraah, nahwu, bahasa Arab, fiqih, ushul fiqih, hadits dan perawi hadits.
Setelah belajar banyak ilmu kepada para ulama di Cordoba, Al-Qurthubi melanjutkan pengembaraan ilmunya menuju kota Aleksandria, pelabuhan utama di Mesir. Di kota tersebut ia belajar kepada Imam Abul Abbas Al-Qurthubi, Abu Muhammad ibn Rawah, Abu Muhammad Abdul Mu’thi Al-Lakhami, dan ulama lainnya.
Tidak berhenti di Aleksandria, Al-Qurthubi melanjutkan rihlah keilmuannya ke kota Al-Fayyum, Mesir bagian tengah. Setelah dari Al-Fayyum, ia melanjutkan rihlahnya menuju kota Mansoura, Mesir. Di tempat ini ia belajar tentang ilmu hadits kepada Syekh Abi Ali Al-Hasan bin Muhammad Al-Bakri.
Tidak sempurna rasanya jika belajar di berbagai tempat di Mesir namun tidak menyebut Kairo, tempat terbaik yang telah berhasil mencetak banyak ulama-ulama hebat lintas generasi. Setelah Al-Qurthubi belajar di Mansoura, ia melanjutkan perjalanan keilmuannya menuju Kairo. Di tempat tersebut ia menyempurnakan keilmuan-keilmuan yang masih belum dikuasai dengan sempurna, hingga tumbuh menjadi manusia yang sangat luas dan mendalam ilmunya.
Setelah ilmu-ilmu yang ada di Kairo berhasil diraih oleh Al-Qurthubi, kemudian ia melanjutkan rihlah terakhirnya menuju kota Minya, Mesir. Di tempat tersebut kemudian ia menetap hingga hembusan nafas terakhirnya. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Syekh Hasan Mahmud:
مِنْيَةٌ: وَهِيَ تِلْكَ الْمَدِيْنَةُ الَّتِي اسْتَقَرَّ بِهَا الْاِمَامُ الْقُرْطُبِي وَمَاتَ بِهَا
Artinya, “Minyah (sekarang disebut Minya) adalah sebuah kota yang ditempati oleh Imam Al-Qurthubi, dan ia wafat di kota tersebut.” (Hasan Mahmud, 39-40).
Setelah rihlah ilmiah panjang, Al-Qurthubi akhirnya benar-benar menguasai semua cabang-cabang diskursus ilmu syariat. Tidak hanya menguasai banyak ilmu, Al-Qurthubi merupakan tipikal ulama yang juga ahli ibadah dan sangat wara’. Semua waktu hanya ia gunakan untuk hal-hal yang berguna untuk akhirat, seperti ibadah, bermunajat kepada Allah, dan menulis karya. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Imam Ibnu Farihun dalam Ad-Dibajul Madzhab:
اَلْقُرْطُبِي كَانَ مِنْ عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ وَالْعُلَمَاءِ الْعَارِفِيْنَ الْوَارِعِيْنَ الزَّاهِدِيْنَ فِي الدُّنْيَا الْمَشْغُوْلِيْنَ بِمَا يَعْنِيْهِمْ مِنْ أُمُوْرِ الْآخِرَةِ. أَوْقَاتُهُ مَعْمُوْرَةٌ مَا بَيْنَ تَوَجُّهٍ وَعِبَادَةٍ وَتَصْنِيْفٍ
Artinya, “Al-Qurthubi merupakan hamba Allah yang saleh, ulama yang arif, wara’, tidak cinta dunia, yang selalu sibuk dengan hal-hal yang berguna dari urusan akhirat. Waktu-watunya ia habiskan untuk bermunajat, beribadah, dan menulis karya.” (Ibnu Farihun, Ad-Dibajul Mazhab fi Ma’rifati A’yani ‘Ulamail Mazhab, [Dar al-Kayyan: 2007], halaman 164).
Karya-karya Imam Al-Qurthubi
Sebagaimana telah disebutkan, Al-Qurthubi tidak hanya alim, namun juga sangat produktif dalam berkarya. Karyanya sangat banyak, terus dibaca dan ditelaah hingga saat ini. Di antara karya-karyanya adalah sebagai berkut:
- Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an.
- At-Tadzkirah fi Ahwalil Mauta wa Umuril Akhirah.
- At-Tidzkar fi Fadhlil Adzkar.
- Qam’ul Hirshi biz Zuhdi wal Qana’ah.
- Al-I’lam bima fi Dinin Nashara minal Mafasid wal Auham.
- Al-Asna fi Syarhi Asmail Husna.
- Al-I’lam fi Ma’rifati Maulidil Musthafa ‘Alaihissalam.
- Al-Intihaz fi Qira’ati Ahlil Kufah wal Bashrah was Syam wal Hijaz.
- Al-Luma’ Al-Lu’luiyah.
- Syarhut Taqasshi, dan kitab-kitab karya lainnya.
Apresiasi Ulama kepada Al-Qurthubi
Keluasan dan kedalaman ilmu Al-Qurthubi menuai banyak apresiasi dari para ulama pada masanya. Di antaranya Shalahuddin As-Shafadi yang mengatakan:
اَلْقُرْطُبِي اِمَامٌ مُتَفَنِّنٌ مُتَبَحِّرٌ فِي الْعِلْمِ، لَهُ تَصَانِيْفُ مُفِيْدَةٌ تَدُلُّ عَلىَ كَثْرَةِ اطِّلاَعِهِ وَوفُوْرِ فَضْلِهِ
Artinya, “Al-Qurthubi adalah seorang imam yang menguasai banyak cabang ilmu, luas ilmunya, dan memiliki banyak karya yang berfaedah. Hal itu menunjukkan betapa seringnya ia belajar dan tinggi keagungannya.” (As-Shafadi, 87).
Al-Qasthalani (w 923 H) kitab Al-Mawahibul Laduniyah memberikan apresiasi kepadanya. Ia mengatakan:
“Imam Al-Qurthubi merupakan imam ahli tafsir, tidak senang pada dunia, dan lebih mementingkan akhiratnya, sangat wara’ dan lebih senang mendekatkan diri kepada Tuhannya.” (Al-Qasthalani, Al-Mawahibul Ladunniyah bil Minah Al-Muhammadiyah, [Maktab Al-Islami: 2004], halaman 173).
Ibnul 'Imad Al-Hanbali mengatakan: “Al-Qurthubi merupakan seorang imam yang sangat alim. Ia telah menyelami dalamnya makna-makna hadits Nabi Muhammad, sehingga karya-karyanya sangat bagus dan indah.” (Lihat, Al-Asna fi Syarhi Asmail Husna, [Darus Shahabah lit Turats: 1995], juz I, halaman 33).
Kewafatan Al-Qurthubi
Setelah Al-Qurthubi menetap di kota Minya kurang lebih 38 tahun, Allah swt memanggilnya untuk kembali menghadap kepada-Nya. Ia wafat tepat pada malam Senin, tanggal 7 bulan Syawal tahun 671 Hijriah, kemudian di makamkan di tempat tersebut.
Demikian biografi dan sejarah rihlah keilmuan Imam Abu Abdillah Al-Qurthubi mulai dari Cordoba Andalusia Spanyol, hingga sampai ke Mesir dan berhasil menjadi pakar tafsir kaliber dunia. Wallahu a’lam bisshawab.
Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua