Warta

Dua Jam Rombongan PBNU di Lereng Qasiun

Senin, 19 Desember 2005 | 12:48 WIB

Damaskus, NU Online
Geliat syuq (pasar) Muhyiddin pukul 10.30 pagi waktu setempat mulai terlihat. Saat itu bersamaan rombongan delegasi PBNU KH. Idris Marzuki, KH. Masruri dan KH. Nur Muhammad Iskandar SQ menerobos di tengah keramaian pasar untuk mencapai masjid Syaikh Muhyiddin Ibn ‘Araby. Pendamping dari staf Kedubes RI, Abdul Khaliq Zahron segera menunjukkan lokasi masjid yang bersebelahan dengan makam Syaikh Ibn Araby di ujung pasar. Sementara itu, di lokasi telah menunggu kontributor NU Online, Khusnul Khuluq dan Janshen Hasibuan memandu secara khusus.

Usai sholat tahiyyatal masjid, rombongan memasuki kompleks makam dan melakukan ziarah sekitar 20 menit. Terlihat para masayikh dengan khusuk melakukan ritual ziarah khas tradisi NU itu. KH. Masruri bahkan menyempatkan untuk membaca ‘wiridan’ dalailul khoirat-nya Muhammad Ibn Sulaiman al Jazuli.

<>

Pukul 10.45, rombongan bertolak menuju lereng Qasiun untuk berziarah ke makam ulama raksasa ilmu nahwu, yakni Imam Ibn Malik. Jalan yang sempit dan cukup padat membuat rombongan baru bisa sampai ke makam pukul 11.00. Pembacaan Tahlil dipimpin oleh KH. Masruri dan diakhiri doa oleh KH. Idris Marzuki.

Setelah puas "berbagi rindu" dengan pengarang kitab monumental Al-Fiyah Ibn Malik,  rombongan bertolak ke makam Nabi Dzulkifli yang cuma berjarak sekitar 200 meter.  Cuma butuh waktu 6 menit untuk tiba di lokasi, tetapi rombongan terpaksa menunggu cukup lama karena pintu gerbang makam terkunci. NU Online bertanya ke beberapa warga setempat untuk menemui juru kunci. Hingga salah satu penjual makanan berbaik hati mengambilkannya.

Dari makam Nabi Dzulkifli, sebenarnya rombongan masih bersemangat untuk menjelajahi beberapa makam para auliya' Syam yang memang banyak sekali terletak di kawasan bukit Qosiun. Di bukit Qosiun inilah terdapat makam Arbai'n, tempat pertemuan 40 wali abdal sepanjang masa persis bersebelahan dengan goa saksi bisu pembunuhan pertama kali di dunia yang dilakukan Qabil terhadap saudaranya, Habil.

Di kawasan inilah, sebagaimana tertulis dalam kitab Qishosul anbiya' karya Ibn Katsir,  diyakini sebagai salah satu tempat mustajabah untuk berdoa kepada Allah SWT. Sayang sekali, waktu sudah sangat mepet, jadwal yang sangat padat memaksa rombongan untuk melanjutkan agenda perjalanan. Pukul 13.30, rombongan sudah ditunggu di Mujamma' Syaikh Ahmad Kuftaroo untuk melakukan serangkain pertemuan. "Mas, doain kami bisa berkunjung ke Damaskus lagi, rasanya kok belum puas.!" Demikian Mbah Idris mengatakan kepada NU Online dan kawan-kawan.

Laporan: Muhammad Rofiqul A'la (PCI NU Syria)