Warta

Hasyim Muzadi Imbau Ulama

Rabu, 26 Oktober 2005 | 06:14 WIB

Surabaya, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Drs A Hasyim Muzadi mengimbau para ulama dan tokoh masyarakat untuk "ngancani" (menemani) rakyat yang sedang mengalami kesusahan dan bukan justru terjun ke kancah politik praktis.

"Rakyat sudah cukup sengsara, karena itu saya harapkan para ulama dan tokoh NU bisa ngancani rakyat yang sedang gelisah itu," katanya saat berbicara dalam Buka Puasa Bersama Muspida dan NU Jatim di gedung PWNU Jatim II di Surabaya, Selasa.

<>

Dalam acara yang dihadiri Gubernur Jatim, Ketua DPRD Jatim, Wakil Walikota Surabaya, dan sejumlah ulama seperti KH Zainuddin Djazuli (Ploso, Kediri) itu, ia menjelaskan "ngancani" yang dimaksud adalah para tokoh umat itu memihak kepada mereka.

"Kalau memihak mereka berarti jangan mengurusi politik praktis, tapi ajak rakyat berbicara untuk sekedar curhat (mencurahkan isi hati) atau menenangkan pikiran, syukur-syukur bisa mencarikan jalan keluar," katanya.

Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Malang, Jatim itu mengharapkan pimpinan NU di ranting-ranting (kelurahan/desa) untuk mendata dan mengupayakan jangan sampai ada rakyat yang kelaparan di wilayahnya, apakah dia dari NU atau bukan.(ant/mkf)

"Saya kira soal itu bisa dilakukan, sedangkan PBNU bersama Muhammadiyah dan Yayasan Anak Bangsa telah berupaya menyampaikan usulan kepada pemerintah soal kenaikan harga BBM sebelum diputuskan, tapi sayang usulan itu ditolak," katanya.

Menurut mantan Ketua PWNU Jatim itu, usulan yang dimaksud adalah konsep pendahuluan agar minyak dan kendaraan umum milik rakyat kecil tetap disubsidi. "Misalnya, kendaraan umum seperti angkot diberi jatah subsidi seperti ATM, sedangkan mobil pribadi ya tidak," katanya.

Usulan dan konsep itu, katanya, sudah disosialisasikan anak-anak muda NU dan Muhammadiyah serta LSM Anak Bangsa kepada sejumlah menteri terkait dan umumnya para menteri sependapat.

"Tapi, saat Wapres ke PBNU dan hal itu saya sampaikan justru dijawab bahwa hal itu sulit dilaksanakan, padahal kami sudah menghitung subsidi itu tidak sampai Rp100 triliun, tapi nelayan dan rakyat kecil lainnya akan senang," katanya.

Dalam kesempatan itu, Hasyim Muzadi menyindir politisi yang justru ribut dan pecah, sedangkan pejabat negara yang menangani perekonomian justru menjadi "bakul" perekonomian yang mencari untung sendiri, sehingga rakyat yang mengalami nasib sial.

"Di tengah kondisi yang menyesakkan rakyat kecil itu, saya kira NU dapat mengambil dua peran yakni menjadi pemersatu umat dan perekat lintas agama. NU itu tak ada gap dengan siapa-siapa, termasuk dengan presiden, gubernur, partai, dan siapa saja," katanya.