Warta

Islam Tetap Menjadi “Ancaman” Bagi Amerika

Kamis, 22 Desember 2005 | 07:40 WIB

Jakarta, NU Online
Hingga hari ini Islam tetap dianggap sebagai sebuah ancaman besar bagi Barat. Militansi umat Islam betul-betul diperhitungkan oleh negara-negara Barat. Oleh karenanya, Barat tidak akan pernah membiarkan dunia Islam berkembang apalagi bersatu.

“Kaum white anglo saxon (baca; ras kulit putih, Red) tidak akan pernah rela Islam. Karena dengan membiarkan Islam berkemabang berarti juga membiarkan Barat hancur,” demikian diungkapkan Pengamat Intelejen, Juanda saat hadir sebagai pembicara pada Halaqoh Dakwah di gedung PBNU, Jl. Kramat Raya Jakarta Pusat, Rabu (21/12)

<>

Ditambahkan Juanda, ada yang namanya doktrin “Kisinger” (seorang Yahudi ahli Arab/Islam). Di dalam doktrin itu disebutkan bahwa kaum white anglo saxon tak akan membiarkan Islam mengusai bidang Teknologi Informasi (TI), aeronatika (penerbangan) dan nuklir. “Jika Islam menguasai ketiga bidang itu, berarti Amerika berada di ambang kehancuran,” tandasnya.

Pada acara yang bertajuk Meneguhkan Dakwah Islam yang Humanis dan Anti Teroris itu, Juanda mengatakan bahwa berbagai cara dan upaya dilakukan Barat untuk membuat Islam tidak bisa berkembang. Di antaranya dengan menebar isu terorisme. “Terorisme itu bikinan Amerika atau Barat. Jangan lupa kalau Osamah (bin Laden, Red) itu binaan CIA,” terangnya kepada peserta halaqoh

Lewat cara itu, kata Juanda, Barat ingin dunia Islam disibukkan dengan urusan keamanan dari ancaman terorisme sehingga lalai memikirkan bagaimana Islam bisa maju dan berkembang. Dikatakannya juga, isu terorisme itu cukup ampuh untuk menanamkan kecurigaan antara sesama umat Islam. Terbukti saat ini umat Islam saling mencurigai satu sama lain sebagai teroris.

Umat Islam saat ini, lanjut Juanda sudah terjebak pada isu terorisme itu. “Di mana-mana pada ngomongin terorisme. Yang terjadi akhirnya, umat nggak ada yang ngurus,” terangnya. Parahnya lagi, isu terorisme itu dikemas seolah-olah satu paket dengan Islam dan konsep jihad. “Jadi, Islam, teroris dan jihad itu dianggap satu paket. Ini jelas tidak menguntungkan bagi Islam,” tandasnya.

Selain itu dikatakannya juga, kekhawatiran Barat atas Islam itu pada dasarnya cukup beralasan. Barat—terutama Amerika—merasa terancam eksistensinya tatkala menyaksikan geliat bangkitnya dua kekuatan besar dunia yang sebelumnya tak pernah diperhitungkan.. Dua kekuatan itu adalah Cina dan India. Dua negara ini, kata Juanda pertumbuhan ekonominya begitu pesat. Itulah yang menjadi kekhawatiran Amerika.

“Pertumbuhan ekonomi Cina saat ini bisa mencapai 11 sampai 12 persen. Itu ‘ajaib’ sekali. Begitu juga dengan India. Sepuluh tahun yang lalu India sama sekali tidak diperhitungkan oleh Amerika atau negara-negara di Eropa lainnya,” terangnya kepada para peserta halaqoh.

Apa yang terjadi di dua negara itu, imbuh Juanda pasti akan berimplikasi kepada Indonesia, khususnya Pulau Jawa yang mayoritas berpenduduk muslim. Alasannya kata Juanda sederhana. Indonesia dan negara tetangga di Asia lainnya merupakan wilayah strategis sebagai jalur perekonomian.

“Itu potensi besar bagi perkembangan ekonomi Asia. Dan Jawa (baca; Indonesia, Red) pasti ngikut kalau Cina dan India bangkit. Bicara Indonesia, tidak jauh dari soal Islam. Jadi, jelas saat ini yang ditakuti Amerika bukan lagi Timur Tengah, tapi Asia,” jelas Juanda disambut aplaus peserta.

Oleh karenanya, Juanda minta kepada umat Islam agar tidak melihat persoalan terorisme itu dari satu sisi saja, tapi lihat pada wilayah yang lebih luas. Ia juga meminta umat Islam jangan terus larut dalam wacana terorisme. Karena wacana itu merupakan buatan Amerika. “Umat Islam jangan larut, jangan terjebak pada isu terorisme itu,” ujarnya. (rif)