Warta

Kang Said: Indonesia Harus Belajar dari Kerusuhan Inggris

Jumat, 12 Agustus 2011 | 12:49 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj angkat bicara terkait terjadinya kerusuhan di London, Inggris, yang belakangan telah merembet ke lima kota lain. Degradasi moral pada masyarakat setempat dianggap menjadi penyebab utama di kerusuhan yang telah merenggut lima korban jiwa tersebut.

"Inggris itu negara tua, yang peradabannya bisa dikatakan sangat kuat.  Tapi di sana bisa juga terjadi kerusuhan, tak kalah dengan negara-negara berkembang. Sepertinya moral rakyat Inggris sedang terdegradasi," ungkap kang Said, demikian KH. Said Aqil Siroj biasa disapa, Selasa, 10 Agustus 2011.

Kerusuhan di Inggris, lanjut Kang Said, sekaligus menghapuskan stigma kekerasan milik Islam. Inggris yang dikenal memiliki kaum muslim minoritas juga bisa memunculkan kekerasan. "Selama ini umat Islam selalu terpojokkan setiap kali terjadi kekerasan, seolah-olah Islam itu keras. Ternyata negara yang umat Islamnya minoritas juga bisa terjadi chaos dan Barat harus melihat ini. Stigma Islam itu keras harus dirubah," tegasnya. <>

Untuk umat Islam di Indonesia, khususnya Nahdliyin, Kang Said mengajak agar pemahaman Rahmatan Lil Alamain diperkuat dan diterapkan secara benar. Kehidupan bermasyarakat dengan segala aliran di dalamnya diminta dijalankan secara damai.

Dari kerusuhan di Inggris Kang Said juga meminta bangsa Indonesia mengambil hikmahnya. Indonesia dengan beragam latar belakang masyarakatnya dianggap harus memiliki kemampuan lebih guna mempertahankan persatuan, agar benaih-benih perpecahan yang belakangan muncul tidak semakin besar dan berujung pada terjadinya anarkisme.

"Yang namanya membangun persatuan itu butuh pengorbanan. Menjadi ekstrim kanan atau kiri sekalian itu mudah, yang sulit berjalan tetap seimbang. Begitu juga negara ini, harus bisa mengayomi seluruh masyarakatsecara adil," pungkas Kang Said.

Negara monarki Inggris dalam lima hari terakhir diguncang kerusuhan hebat, yang didahului dari terjadinya demonstrasi kecil di distrik Totenham, Kota London. Hingga hari ini tercatat lima orang meninggal dunia, semantara lebih dari 1.500 orang diamankan karena terlibat penyerangan dan penjarahan.

Penulis: Emha Nabil Haroen