Warta

Kiai Nur: Pesantren Dalam Bahaya Teror

Rabu, 21 Desember 2005 | 14:44 WIB

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok pesantren As-Shiddiqiyah Jakarta, KH. Nur Iskandar SQ mengatakan, pengambilan sidik jari oleh polisi terhadap masyarakat pesantren sama dengan teror. Pasalnya, langkah polisi itu terbukti telah menciptakan rasa takut dalam kalangan pondok pesantren.
 
“Kapolri memang bilang katanya tidak ada pengambilan sidik jari santri. Tapi polisi di bawah gerak terus. Jadi rasa takut (terror) itu juga dilakukan oleh polisi,” kata KH. Nur Islandar SQ saat menjadi pembicara dalam sebuah dialog dengan tema penanganan terorisme di auditorium Pegadaian di Jl. Kramat Raya Jakarta Pusat, Rabu (21/12)
 
Terkait dengan pengambilan sidik jari santri tersebut, Kiai Nur—sapaan akrab KH. Nur Iskandar SQ telah mendatangi Wakil Presiden Jusuf Kalla agar langkah polisi tersebut segera dihentikan. ”Semalam saya ketemu Wakil Presiden. Saya ada banyak laporan, banyak Kiai yang ketakutan, karena pengambilan sidik jari,” jelas Kiai Nur. Kiai Nur adalah salah satu pengasuh pondok pesantren yang bersuara lantang menentang pengambilan sidik jari.
 
Karena itu, Kiai Nur, kepada ratusan Banser yang hadir dalam dialog tersebut berharap agar tidak hanya gereja atau rumah ibadah saja yang mendapatkan pengamanan ketat. Baginya, pondok pesantren juga harus diamankan dari pihak-pihak yang mencurigai pesantren sebagai sarang teroris. ”Kita memperhatikan pengamanan gereja, tapi kita tidak boleh tidak mengamankan pondok pesantren,” tegasnya.
 
Kiai alumni pondok pesantren Lirboyo Kediri ini menilai, pondok pesantren sebagai tempat “suci”, tempat mendidik calon pemimpin masa depan, kini sedang diobok-obok oleh polisi. Hal itu, lanjut, Kiai Nur tidak hanya mengganggu, tapi juga melecehkan pondok pesantren. Karena itu, Kiai Nur akan terus bersuara keras, karena selama ini banyak yang ketakutan.
 
”Saya akan bersuara keras terus,” ungkapnya. Selain Kiai Nur, Hadir pula dalam dialog tersebut, Hamdan Rosyid (MUI) dan Roma Irama (artis dangdut). Acara dialog ini dibuka oleh ketua PBNU, KH. Masdar Farid Mas'udi. (rif)