Warta

Matematika Al-Qur'an Dikampanyekan di ITS

Kamis, 22 Desember 2005 | 13:34 WIB

Surabaya, NU Online
Dosen Matematika dari Universitas Islam Negeri Sjarif Hidayatullah Jakarta, K.H.Fahmi Basya, Kamis, mengkampanyekan Matematika Al-Qur’an di hadapan ratusan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

K.H.Fahmi Basya yang terkenal lewat bukunya "Matematika Islam" itu, menyajikan pengetahuan yang tergolong baru tersebut dengan berbagai angka yang selalu merujuk pada jumlah huruf dalam bacaan basmallah (bismillahirrahmanirrahim) yang berjumlah 19.

<>

"Kita selalu dibombardir dengan angka 19 dan ternyata Allah begitu teliti dalam menyusun dan meletakkan surat-surat di dalam Al-Qur’an," kata Fahmi.

Sebagai contoh, katanya, tidak dimulainya basmalah pada surat ke-9, surat At Taubah, tapi pada surat ke-27, surat An Naml berisi dua basmalah, yaitu pada pembukaan ayat dan pada ayat ke-30.

"Jadi, seolah-olah bacaan basmalah pindah dari surat 9 ke surat 27. Pemindahan itu memenuhi bilangan 19, dimana dari 9 sampai 27 ada 19 bilangan. Ini artinya, Allah tidak sembarangan menempatkan surat dan ayat-ayatnya dalam Al-Qur’an," katanya.

Pria kelahiran Padang pada 3 Februari 1952 itu juga mengupas bentuk transformasi shalat. "Jika shalat gerhana berhubungan dengan gerhana, maka shalat lima waktu berhubungan dengan siang dan malam, yakni bumi yang berputar," katanya.

Menurut dia, jika shalat lima waktu ditransformasikan ke bentuk roda gigi, maka gigi tersedikit untuk bumi adalah 12. "Angka 12 diperoleh dari kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari 2,3, dan 4 yang tidak lain adalah 12, kemudian bila dijabarkan adalah shalat Subuh mempunyai roda gigi berjumlah 6 (dari 12 dibagi 2), shalat Dzuhur 3 (dari 12 dibagi 4), Ashar 3, Maghrib 4 (dari 12 dibagi 3) dan Isya 3," katanya.

Yang menarik, katanya, "gigi shalat" (gerakan shalat) itu jumlahnya 6-3-3-4-3 atau 19. "Itu sama dengan bacaan basmallah. Itulah sesungguhnya tiap saat dan tiap kesempatan kita selalu dibombardir dengan angka 19," katanya.

Tidak hanya soal angka yang disodorkan, ia juga menyinggung tentang putaran atau sudut yang dibuat saat manusia melakukan shalat. "Jika dalam tiap kali kita melakukan rukuk itu membentuk 90 derajat, maka dalam tiap satu roka’at itu kita membentuk 360 derajat, sebagaimana bumi berputar yang menandakan sebagai sebuah proses kehidupan," katanya.

Hal itu, ujarnya, dapat disimpulkan bahwa orang hidup perlu shalat yang berputar 360 derajat. "Beda dengan orang mati yang tidak lagi perlu shalat, tidak lagi hidup, karena itu shalat mayit pun tidak disertai dengan gerakan-gerakan sujud dan ruku, karena memang tidak lagi bergerak atau mati," katanya.(ant/mkf)