Warta

PWNU Jateng Harus Perhatikan Masalah Tumpang-Tindih Proses Pengkaderan

Jumat, 11 Juli 2008 | 12:10 WIB

Brebes, NU Online
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah harus memperhatikan masalah tumpang-tindih dalam proses pengkaderan di lingkungan NU. Karena itu, perlu adanya perumusan yang lebih tepat agar pengkaderan berjalan dengan baik.

Pendapat tersebut disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar NU Jateng, Muhammad Talkhis, di lokasi penyelenggaraan Konferensi Wilayah NU Jateng, di Pondok Pesantren Al-Hikmah, Kabupaten Brebes, Jumat (11/07).<>

Menurut Talkhis, tumpang-tindih proses pengkaderan itu ada pada beberapa badan otonom (banom), misal, IPNU dengan Gerakan Pemuda Ansor.

"IPNU dan Ansor itu memiliki basis kader dengan rentang usia yang hampir sama. Dalam AD/ART (Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga) organisasi, kader IPNU berusia 12 sampai 25 tahun, sedangkan Ansor mulai 20 sampai 45 tahun," terang Talkhis, seperti dilalporkan Kontributor NU Online, Munawir Aziz.

Ia menambahkan, masalah tumpang-tindih itu proses kaderisasi yang digarap kedua banom tidak berjalan optimal. Bahkan, dalam beberapa kasus, sering terjadi rebutan wilayah kaderisasi.

"Apabila sistem kaderisasi ini tidak dibenahi, maka akan melemahkan pembinaan kader. Kami memohon, agar PWNU Jateng mau merekomendasikan masalah ini pada PBNU. Sehingga, dapat dirumuskan pada tingkat pusat" ujar Talkhis didampingi Sekretaris Pengurus CAbang IPNU Pati, Abdullah Hamid.

Pendapat senada dikatakan Nihlah Farida, dari PW Ikatan Pelajar Putri NU Jateng. Menurut Nihlah, di tingkat basis, IPPNU dan Fatayat NU seakan kelihatan rebutan dalam membina kader.

"Walaupun sama-sama untuk kepentingan NU, tetapi gerak organisasinya, kan, berbeda. Jadi, sistem kaderisasi sebaiknya dibenahi," pinta Nihlah. (rif)