Warta

Rusia Desak AS Mundur dari Afghanistan

Kamis, 28 Oktober 2010 | 05:12 WIB

London, NU Online
Mantan Presiden Uni Soviet (Rusia) Mikhail Gorbachev mendesak NATO pimpinan Amerika ini menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan. Karena NATO tidak mungkin menang dalam pertempuran itu dan malah bisa menjadi Vietnam kedua terulang di Afghanistan. Soviet sendiri pada 1989 menarik pasukannya setelah menduduki Afghanistan selama 10 tahun.

“Jadi, tidak ada alternatif lain bagi Washington kecuali mengakhiri perang yang dilancarkan sejak 2001 dengan menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan. Barack Obama tidak mungkin meraih kemenangan di Afghanistan. Untuk itu sudah benar jika AS berencana menarik pasukan dengan apapun risikonya,"tandas Mikhail Gorbachev di London, Rabu (27/10).&<>lt;br />
Ghorbachev yang menginspirasi terjadinya reformasi dan pembaharuan (glasnost and perestroika) yang sekaligus memicu bubarnya Uni Soviet dengan komunismenya. Menurutnya, seperti diberitakan Telegraph.co.uk, Rabu, saat Uni Soviet menduduki Afghanistan, AS justru melakukan pelatihan bagi militan yang melakukan perlawanan terhadap tentara Uni Soviet. Saat ini, mereka yang dilatih itu melakukan perlawanan terhadap AS di Afghanistan dan Pakistan.

"Kegiatan terorisme mereka merepotkan dan ini mempersulit kebijakan penarikan pasukan. Tapi apa pilihan lain? Mau tercipta Vietnam kedua? Mengirim setengah juta personel tentara? Itu tidak akan berhasil,"katanya. Komentar Gorbachev ini dikeluarkan menjelang kehadiran Presiden Rusia Dmitry Medvedev di pertemuan puncak NATO pada November mendatang, untuk mendiskusikan rencana kembalinya pasukan Rusia ke Afghanistan.

NATO dan Rusia sudah sepakat untuk jual beli helikopter Rusia untuk digunakan di Afghanistan. Rusia juga sudah setuju menyediakan wilayahnya untuk tujuan sementara pasukan NATO yang ditarik dari Afghanistan.

Sebelumnya Gorbachev menyarankan Amerika Serikat (AS) tidak menambah tentara ke Afganistan, tapi melakukan pembaruan diplomasi, dan pada akhirnya penarikan tuntas pasukan negara adidaya itu. "Saya pikir bahwa yang diperlukan bukanlah tambahan tentara," kata Gorbachev pada jaringan berita Amerika Serikat CNN, bahwa penarikan tentara dari Afganistan seharusnya menjadi tujuan.

Gorbachev, pemimpin terakhir Uni Soviet, yang memerintah sejak 1985 hingga bubarnya Uni Soviet pada 1991, memimpin penarikan tentara Soviet dari Afganistan. Walaupun pendudukan Uni Soviet atas Afganistan dianggap banyak sejarawan sebagai kekalahan penjajahan Soviet, Gorbachev mendesak Amerika Serikat mengikuti cara negaranya, saat Washington mempertimbangkan upaya di negara penuh kekerasan Afganistan itu.

Washington sebaiknya memusatkan pikiran pada perundingan di Afganistan untuk mengakhiri penderitaan panjang rakyat itu. Katanya,”Saya pikir bahwa pengalaman kami pantas mendapat perhatian. Bahkan, kami memutuskan menekankan perkembangan dalam negeri di Afganistan, rujuk bangsa. Kami juga membahas persoalan ini lewat pertemuan antarbangsa, dan kami berembuk dengan Amerika Serikat, Iran, Pakistan dan India."

Gorbachev mengemukakan pernyataan itu saat Presiden Amerika Serikat Barack Obama mempertimbangkan kemungkinan mengirim tentara tambahan ke Afganistan, mengikuti permintaan Pentagon bagi 40.000 lagi tentara di sana.

Sejumlah 916 tentara Amerika Serikat merupakan bagian dari 1.516 tentara asing yang tewas di negara terkoyak perang itu sejak serbuan pimpinan negara adidaya tersebut untuk menggulingkan Taliban pada 2001. Lebih dari 100.000 tentara dari 40 negara berada di Afganistan untuk memerangi perlawanan Taliban, yang makin berdarah.(amf/berbagai sumber)