Warta

Slamet Effendy Yusuf: NU Jangan Lagi Terlibat Pembentukan Satu Parpol

Sabtu, 29 Maret 2008 | 06:01 WIB

Jakarta, NU Online
Mantan ketua umum Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama yang juga politisi papan atas Partai Golkar Slamet Effendy Yusuf menyatakan, Nahdlatul Ulama (NU) jangan pernah lagi terlibat dalam pembentukan satu partai politik (parpol).

"Partai itu adalah gudangnya konflik, dan konflik sering berakibat lebih buruk dari sekedar perbedaan," katanya dalam halaqah bulanan bertajuk "Implementasi Khittah Nahdliyyah dalam Praktik Politik Pasca Reformasi" yang diselengarakan oleh Pengurus Pusat Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU di ruang rapat lantai 5 gedung PBNU, Jakarta, Jum'at (28/3) tadi malam.<>

Hadir dalam halaqoh itu Wakil Rais Aam PBNU yang juga terlibat aktif dalam proses kembalinya NU ke khittah 1926 KH Thalchah Hasan, Ketua PBNU KH Masdar Farid Mas'udi dan Prof DR Masykuri Abdillah serta utusan lembaga, lajnah dan badan otonom di lingkungan PBNU.

Dikatakan Slamet, jam'iyyah NU harus menjadi rumah bersama dari warga Nahdliyyin yang berkecimpung di dunia politik. Dengan demikian para kader NU bisa leluasa berperan untuk bangsa dan negara melalui berbagai saluran partai politik.

Pernyataan Slamet itu menjadi 'aktual' di saat-saat terjadi gejolak di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), menyusul dicopotnya Muhaimin Iskandar dari jabatan ketua umum satu-satunya partai politik yang kelahirannya dibidani oleh PBNU di era reformasi dan pasca-kembalinya NU ke Khittah 1926 itu.

Namun sebagai kader Partai Golkar dari NU dirinya mengaku tidak senang dengan gejolak di PKB. "Saya malah memohon kepada Allah agar konflik itu segera selesai," katanya.

Menurutnya, konflik di tubuh PKB memicu kegelisahan warga Nahdliyyin, termasuk dirinya. "Saya mendapatkan ratusan SMS yang menanyakan perihal itu (konflik PKB, red)," kata anggota Badan Kehormatan DPR RI itu.

Wakil Rais Aam PBNU KH Thalchah Hasan dalam kesempatan itu menyatakan, kembalinya NU ke "Khittah NU 1926" pada 1983-1984 menjadi organisasi sosial-keagamaan dilatarbelakangi sebab tidak ada trobosan-trobosan yang dilakukan oleh NU selama menjadi partai politik. (nam)