Warta PASCAKUNJUNGAN NEJAD KE PBNU

Sunni-Syiah di Indonesia Memang tidak Bermasalah

Senin, 15 Mei 2006 | 08:34 WIB

Jakarta, NU Online
Kunjungan rombongan Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad ke gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mestinya memunculkan sejumlah pertanyaan. Iran yang dikomandoi Nejad adalah simbol kebesaran Syiah dunia, sementara NU adalah penganut sunni yang setia. Dalam banyak ruang Sunni dan Syiah sering diperlawankan.

Namun, ternyata pertanyaan-pertanyaan itu tidak muncul. Tidak ada yang menyoal hubungan intim PBNU dengan Presiden Iran. Ketua Program Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia (UI) Dr. Luthfi Zuhdi kepada NU Online di Jakarta (15/5) mengatakan, kepentingan politik antar kedua kelompok lebih dominan dari sekedar konfrontasi atas nama perbedaan ideologi. Ada yang seakan menjadi musuh bersama.

<>

“Malah yang aneh menurut saya adalah kedatangan mantan ketua umum PKS Hidayat Nur Wahid dalam acara itu. Kadang malah Syiah dan Sunni berteman untuk menyerang PKS dan ideologi yang menopangnya. Artinya, di sini kepentingan politik internasional lebih mendesak dari pada persoalan perbedaan idelogi,” kata Luthfi Zuhdi.

Lebih dari itu, lanjut Dosen Pascasarjana UI itu, konfrontasi antara Sunni dan Syiah di Indonesia memang hampir tidak pernah terjadi. Ini sangat berbeda dengan di Irak atau Iran. Lagi pula, di Indonesia Syiah tidak berkembang dengan baik. “Malah yang dulu menonjol adalah konfrontasi Sunni atau Ahlussunnah dengan Wahabi atau gerakan puritan,” katanya.

“Atau pada awal-awal penyebaran Islam, konfrontasi yang menonjol adalah antara para penganut aliran Wihdatul Wujud (kesatuan Tuhan dengan Manusia) dan para ulama penentangnya. Jadi, tidak ada persolan antara Sunni-Syiah di Indonesia. Adapun penolakan beberapa kiai terhadap Said Aqil Siradj (salah satu Ketua PBNU sekarang: Red) yang mencoba memperkenalkan Syiah beberapa tahun lalu hanyalah persoalan cara. Para kiai tidak senang dengan caranya yang terlalu frontal,” kata Luthfi lagi.

Sementara di sisi lain, Lutfi menilai, kunjungan rombongan Nejad ke PBNU lebih meriah dan antusias dibanding dengan kunjungan ke Kantor Pusat Muhammadiyah beberapa saat sebelumnya. Selain dihadiri oleh seluruh pengurus PBNU dan para kiai dari seluruh Indonesia, beberapa tokoh politik dan intelektual juga hadir, antara lain, Mantan Ketua DPR Akbar Tanjung, Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Mantan Ketua PBR Zainuddin MZ, Ketua Umum ICMI Marwah Daud Ibrahim, dan Jalaludin Rahmad yang kata pembawa acara Muetia Hafidz mewakili aliran Syiah di Indonesia. “Kira-kira mereka semua merasa orang NU,” kata Luthfi bergurau. (nam)