Pesantren

Santri Al-Hikam Sambangi Santri Budha Dhammadiva

Rabu, 30 Oktober 2013 | 13:05 WIB

Malang, NU Online
Santri-santri Pondok Pesantren Al-Hikam yang tergabung Organisasi Santri Pesantren Mahasiswa (OSPAM) berkunjung ke Vihara Dhammadipa Arama, Batu, Malang pada Ahad (27/10). Para santri itu disambut santri-santri Buhda, samanera (santri putra) dan antasilani (santri putri).
<>
Santri-santri kedua belah pihak kemudian berkumpul di Auditorium Dhammadipa Arama. Pertemuan berlangsung santai itu diawali pembukaan kemudian sambutan Bhikhu Khantidharo Mahathera, Kepala Vihara Dhammadipa Arama Batu Malang. Tidak hanya sambutan, selintas ia menjelaskan ajaran Buddha.

Bhikhu Khantidaro menjelaskan, di Indonesia, ada tiga aliran utama Buddha, yaitu Buddha Theravada, Buddha Mahayana: Zen dan Buddha Vajrayana. Sedangkan dalam vihara Dhammadipa menganut Buddha Theravada.

“Aliran Theravada adalah ajaran Buddha yang masih orisinil tanpa ada penyelewengan oleh siapapun,” ungkap Kepala Dhammadipa Arama ini. Masih menurut Bikkhu Khantidharo, meskipun dalam agama Budha tedapat tiga aliran di Indonesia.

Namun, kata dia, masing-masing aliran tersebut dapat berinteraksi dengan rukun dan damai. Perbedaan antaraliran tersebut tidak menjadi suatu hal yang layak untuk diperdebatkan ataupun diperselisihkan, melainkan suatu kesempatan untuk bertoleransi dan menghargai pendapat masing-masing.

Bikkhu Khantidharo menuturkan dalam Buddha diajarkan konsep nibbana  atau dalam bahasa jawa yaitu nirwana. Nibbana dapat dicapai didalam hidup sekarang atau dapat pula dicapai setelah mati.

Agama Buddha di manapun juga tidak menyatakan bahwa tujuan tertingginya dapat dicapai hanya dalam satu kehidupan  di alam baka. Disinilah terletak perbedaan antara gambaran/konsep Nibbana agama Buddha dengan gambaran suatu surga yang abadi dari non-Buddha yang hanya dapat dicapai setelah kematian.

Pertemuan itu dilanjutkan dengan keliling padepokan Dhammadipa. Pengurus OSPAM diajak melihat dan dipersilahkan bertanya tentang simbol atau fungsi dari apa yang dilihat baik itu bangunan, sejarah maupun makna filosofisnya.

Rizal Akbari Nanda bertanya kepada antasilana mengenai makna patung di dalam kuil yang berpose sedang tidur miring. Sila-sapaan akrab antasilani- menanggapi bahwa itu adalah posisi Buddha saat meninggal. Maka hal itu diabadikan oleh penganut Buddha sebagai penghormatan kepadanya.

Banyak sekali pelajaran dan inspirasi yang diperoleh dari Safari OSPAM ini, seperti penuturan Ahmad Tamami “Kita bisa secara langsung berinteraksi dan saling menghargai antar penganut ajaran agama. Selain itu kami juga belajar bahwa di dalam padepokan mereka tidak hanya belajar agama, tetapi juga berkebun.”

Dari kegiatan rutin berkebun mereka, Ketua Umum OSPAM ini ingin menerapkan progam Santri Bertanam di keorganisasiannya.

Kunjungan atau yang disebut dengan Safari OSPAM ini dikoordinatori CO Departemen Hubungan Sosial (HUSOS) OSPAM, Irham Rahman. Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat tali persaudaran antar agama sebagai warga negara Indonesia.

Menurut Irham, safari ini memiliki tujuan saling memahami persamaan kedua ajaran agar tidak saling mencela, merendahkan, namun saling menghormati, dan menghargai. “Terlepas dari itu kami juga mempelajari keorganisasian pengurus Dhammadipa yang positif dan bisa diambil untuk organisasi kami (OSPAM),” tambah Irham. (Sabiq Al-Aulia Zulfa/Abdullah Alawi)





Terkait