Kudus, NU Online
Apa yang terlintas di pikiran Anda ketika mendengar kata Petani? biasanya akan langsung mengasosiasikannya dengan sebuah profesi tradisional di masayarakat pedesaan yang kini jarang diminati anak muda.
Petani selalu identik dengan kaus oblong dan celana kumal, sandal jepit, caping dan membawa cangkul dan sabit.
Persepsi itulah yang ingin diubah oleh H Sofiyan Hadi, pendiri Pesantren Entrepreneur sekaligus Ketua Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Al-Mawaddah, Kudus, Jawa Tengah menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan bagi kaum muda milenial.
“Siapa bilang petani tidak bisa sukses?,” kata H Sofiyan Hadi dalam pelatihan yang difasilitasi oleh Pusat Pelatihan Managemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Kementerian Pertanian RI, 24–27 Agustus 2019.
Ia kemudian meminta peserta browsing nama Kiyoto Saito. ”Inilah petani muda Jepang yang modis. Anda akan heran dengan petani satu ini, karena ia mengolah lahannya dengan mengenakan setelan jas lengkap, berdasi, dan bahkan sepatu pantofel.
"Jadi mulai sekarang, rubahlah persepsi anda tentang petani. Mau keren dan kaya? jadilah petani,” tegasnya.
Kepala Bidang Program dan Evaluasi PPMKP Kementerian Pertanian RI, Widianto, mengatakan, regenerasi petani dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sektor pertanian, menjadi salah satu isu utama dalam kebijakan di sektor pertanian.
“Pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap generasi muda dalam berwirausaha di bidang pertanian. Selain itu, juga untuk menumbuhkan minat wirausaha generasi muda di bidang pertanian,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Catur Sulistiyanto mengutarakan, dalam segala bidang usaha, terjadi kompetisi yang semakin ketat. Maka ia berpesan kepada para peserta agar memiliki cara berpikir strategis, kreatif, dan inovatif terjun dan sukses dalam usaha pertanian.
”Diperlukan inovasi melalui pemanfaatan teknologi untuk membuat produktivitas pertanian Indonesia agar semakin meningkat. Tentu saja, tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” paparnya.
Menurut Sofiyan, pelatihan dirancang dengan pendekatan pendidikan orang dewasa ini memadukan teori di kelas dan praktik di lapangan. Puluhan peserta dari 10 kota di Jawa Tengah ini dibekali materi inti mengenai pengembangan usaha agribisnis, potensi pasar, kemitraan dan negosiasi, etika bisnis, promosi produk, hingga strategi pemasaran.
Kontributor: Farid
Editor: Muiz