Gus Qoyyum: Ulama Tarekat Berjalan menuju Allah melalui Mujahadah
Ahad, 4 Juni 2023 | 08:00 WIB
Pengasuh Pesantren An-Nur, Lasem Rembang, KH Abdul Qoyyum Manshur (Gus Qoyyum) saat menyampaikan taushiyah pada haul Imam asy-Syadzili di Kudus. (Foto: YouTube syadzaliyah kudus)
Afina Izzati
Kontributor
Kudus, NU Online
Pengasuh Pesantren An-Nur, Lasem Rembang, Jawa Tengah, KH Abdul Qoyyum Manshur (Gus Qoyyum) menuturkan bahwa para ulama tarekat itu berjalan di atas jalan yang dituntunkan oleh Nabi Muhammad saw melalui mujahadah.
“Allah swt berfirman, orang-orang yang mujahadah di jalan-Ku (Allah) maka Aku tunjukkan jalan-jalan menuju Allah,” jelas Gus Qoyyum dalam haul Imam asy-Syadzili yang disiarkan melalui kanal YouTube syadzaliyah kudus pada Kamis malam dilihat NU Online, Sabtu (3/6/2023).
Menurut Gus Qoyyum, mujahadah jika dilihat secara bahasa melibatkan dua orang. Berbeda dengan jahdah yang artinya sekuat tenaga hanya dari satu arah. Mujahadah itu fi'il musyarakah (kesalingan) sehingga ada keterlibatan dua pihak. Perjuangannya yakni melawan hawa nafsu.
“Cobaan hawa nafsu itu bermacam-macam, misalnya godaan untuk orang alim itu sakit hati ketika tidak disuruh khutbah Jumat. Di dalam hasyiyah Tuhfah ada ulama besar muridnya Imam Maliki yang berdoa, ‘Ya Allah, semoga Imam Syafi'i cepat-cepat meninggal. Jika tidak cepat meninggal nanti orang-orang berpindah mengikutinya dan meninggalkan Imam Maliki’,” ungkapnya.
Lalu, lanjut dia, Imam Syafi'i mendapatkan laporan tentang hal tersebut dan berkata, doanya mustajab sebentar lagi aku akan meninggal. Setelah kurang lebih sebelas hari, Imam Syafi'i pun meninggal.
“Ini juga dinamakan nafsu. Ya, nafsu untuk memiliki lebih banyak pengikut, padahal beliau seorang ulama,” tutur Gus Qoyyum.
“Selain itu, contoh cobaan nafsu orang miskin yaitu biasanya tamak, berharap pemberian orang lain, ketika sudah dikasih pun tidak puas. Ketika diberi uang saja juga merasa kurang,” paparnya.
Gus Qoyyum menuturkan bahwa mujahadah-nya orang bodoh yaitu dengan cara menjaga lisan. Jangan sampai komentar jika tidak memakai ilmu. Banyak sekali yang mengomentari para ulama dengan bahasa yang tidak pantas, padahal dia tidak mempunyai ilmu.
Pada kesempatan yang sama, Gus Qoyyum juga menerangkan seseorang yang ikut tarekat akan menghasilkan empat hal. Pertama, meningkatkan cinta kepada Allah. Kedua, membuka kasyaf.
Kasyaf seperti dimiliki Nabi Khidir, ketika beliau menemukan dinding yang mau rubuh, lalu ditegakkan. Karena di bawahnya ada harta dua anak yatim, padahal Nabi Musa tidak mengetahui hal tersebut. Tapi, Nabi Khidir mengetahui melalui kasyaf.
“Ketiga, Ilham. Keempat, Karomah,” pungkas Gus Qoyyum.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua