Daerah

Hari Ke-5 Pasca-Banjir di Aceh: 443 Ribu Jiwa Mengungsi, 173 Orang Meninggal

NU Online  ·  Selasa, 2 Desember 2025 | 14:30 WIB

Hari Ke-5 Pasca-Banjir di Aceh: 443 Ribu Jiwa Mengungsi, 173 Orang Meninggal

Ilustrasi: kondisi Dayah Al-Munawwarah Pocut Imum Mukim Al-Aziziyah, Blang Cut, Meurah Dua, Pidie Jaya, Aceh. (Foto: dok Helmi Abu Bakar)

Banda Aceh, NU Online

Memasuki hari kelima pasca banjir besar yang melanda Aceh, kondisi di sejumlah wilayah terdampak masih berada dalam situasi darurat yang mengkhawatirkan. Ribuan warga masih berjuang bertahan di lokasi pengungsian dengan fasilitas terbatas, sementara bantuan terus berdatangan namun belum merata ke seluruh wilayah.


H Azwar Gani, Ketua PW Ansor Aceh mengatakan bahwa berdasarkan data resmi Pemerintah Aceh per Senin malam, 1 Desember 2025 pukul 20.00 WIB, tercatat 443.001 jiwa mengungsi, sementara jumlah korban meninggal mencapai 173 orang dan 204 orang masih dinyatakan hilang. 


"Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan hari sebelumnya dan menjadi salah satu catatan bencana banjir terbesar dalam sejarah Aceh," ungkapnya. 


Ia menambahkan banjir yang menerjang 18 kabupaten/kota di Aceh sejak pekan lalu telah merendam ribuan rumah penduduk, fasilitas publik, pasar, sekolah, dayah, hingga rumah ibadah. Ribuan warga hingga hari ini masih bertahan di 828 titik pengungsian, dengan kondisi seadanya. Di beberapa lokasi, hujan susulan membuat debit air kembali naik sehingga proses pemulihan berjalan lambat.


Tidak hanya itu. Relawan di lapangan juga menyebutkan bahwa sejumlah jalur distribusi bantuan belum bisa ditembus. Akses jalan yang terputus dan jembatan yang roboh memperburuk proses evakuasi dan pengiriman logistik ke desa-desa terisolasi seperti di wilayah Pirak Timu, Langkahan, Simpang Jernih, Geuredong Pase, dan Sungai Mas.


“Hari ini kita melihat angka yang sangat memilukan. Ratusan ribu warga masih mengungsi, ratusan telah meninggal, dan ratusan lainnya masih belum ditemukan. Kami menyerukan kepada seluruh kader Ansor, Banser, dan Nahdliyin agar tidak menunggu instruksi lagi. Ini saatnya bergerak, membantu, dan menjadi bagian dari penyelamatan saudara-saudara kita,” tegas Azwar, yang akrab disapa Baginda.


Menurut laporan relawan, sejumlah titik pengungsian mulai kehabisan makanan siap saji, air mineral, susu bayi, serta obat-obatan dasar. Sementara itu, tenaga medis masih kekurangan fasilitas sanitasi dan alat pendukung.


Di sisi lain, sejumlah relawan menyebut, mereka tidak bisa menerobos kawasan terdampak karena arus sungai yang masih kuat dan ruas jalan yang berubah menjadi kubangan lumpur. Perahu karet menjadi satu-satunya alat transportasi yang memungkinkan di beberapa wilayah.


Azwar mengatakan relawan di beberapa kabupaten telah aktif membantu evakuasi korban, pemulihan fasilitas darurat, serta pengamanan distribusi logistik agar tidak terjadi penumpukan atau perebutan. Para relawan juga ikut membantu mendampingi warga yang mengalami trauma, terutama anak-anak dan lansia.


Azwar menyampaikan bahwa bencana ini bukan semata urusan pemerintah, melainkan juga panggilan moral seluruh rakyat Aceh.


“Kesedihan warga hari ini harus menjadi pemantik solidaritas, bukan sekadar berita. Kita tidak bisa membiarkan saudara kita menghadapi musibah ini sendiri. Nilai-nilai kemanusiaan, ukhuwah, dan kepedulian harus benar-benar hidup dalam tindakan,” ujarnya.


Pemerintah Aceh menyatakan pembaruan data akan terus dilakukan mengingat kondisi lapangan masih sangat dinamis. Hingga malam ini, sebagian wilayah masih dilaporkan terendam dan cuaca belum sepenuhnya bersahabat.


Di tengah situasi kritis ini, satu pesan bergema dari seluruh penjuru Aceh: bersatu, saling bantu, dan jangan meninggalkan siapa pun.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang