Daerah

Ingin Ilmu Barakah, Santri Harus Ikuti Empat Hal Ini

Senin, 30 Mei 2016 | 06:20 WIB

Jombang, NU Online
Keberhasilan seorang siswa setelah lulus tidak hanya ditentukan oleh nilai raportnya tetapi ada hal-hal lain yang harus diperhatikan agar bisa berhasil dalam menempuh kehidupan.

Hal ini disampaikan Dr KH Ahmad Imam Mawardi MA pada acara wisuda purnasiswa pondok pesantren dan Madrasah Salafiyah Syafi'iyah Seblak, Ahad (29/5). Mawardi adalah dosen Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya. Pria asli Bangkalan ini pernah menempuh pendidikan magister di McGill University Montreal, Kanada.

Penulis buku Islam Minoritas ini merasa bangga dan tersanjung saat diundang menjadi pembicara di Pondok Seblak. 

"Karena saya bisa mengingat masa muda saya saat masih di pesantren juga, yang masih memegang tradisi cium tangan kepada sang guru, itu sesuatu luar biasa," ujarnya.

Doktor tercepat dari UIN Sunan Ampel ini menambahkan bahwa tradisi pesantren merupakan sesuatu yang unik. "Unsur barakah menjadi sesuatu yang menarik untuk disimak, karena itu tujuan utama seorang santri menimba ilmu di sebuah pesantren," imbuhnya.

Mawardi menambahkan bahwa agar mencapai buah ilmu, seorang santri harus melakukan empat hal. "Dengan empat hal itu, santri akan menjadi pemilik ilmu, bukan sekedar kolektor ilmu," ucapnya.

Agar menjadi seorang ahli agama, santri pertama kali harus berani untuk selalu meningkatkan takwa. "Ini terkait dengan tauhid, fondasi seseorang dalam beragama Islam," bebernya.

Santri, lanjutnya, juga harus mampu untuk berbuat kebaikan dan membantu kepada sesama manusia. "Minimal bisa senyum kepada orang lain, itu sudah dihitung satu kebaikan," katanya.

Di sisi lain, Mawardi juga menggarisbawahi bahwa seorang santri agar sukses juga harus bersabar. "Karena banyak orang yang tidak berhasil karena tidak sabar dalam mengikuti aturan agama," ungkapnya.

Terakhir adalah seorang santri harus memiliki jiwa zuhud. Ini bukan berarti meninggalkan urusan dunia secara total. Namun zuhud berarti hidup secara sederhana. "Tidak diperintah uang, tapi memerintah uang," ujarnya. Bersikap zuhud, imbuhnya, juga berarti tidak rakus.

Meski orang yang punya uang berpotensi lebih bahagia dibanding orang yang tidak punya uang, namun menurut Mawardi, uang bukan indikator utama seseorang meraih kebahagiaan. "Karena orang bahagia itu tidak ditentutan urusan genetik saja, namun juga ditentutan prestasi yang diperoleh," pungkasnya.

Pada tahun 2016 ini, Pondok Pesantren dan Madrasah Seblak mewisuda 180 siswa. Rinciannya 96 siswa jenjang MTs dan 57 siswa jenjang MA. "Yang 27 siswa adalah santri yang sudah hafal Qur'an bin nadzar," ujar Abdul Chakim, ketua panitia.

Dikonfirmasi hal ini, Direktur Pondok Pesantren dan Madrasah Seblak membenarkan. "Namun sebenarnya tahun ini sama dengan tahun sebelumnya, sudah ada beberapa santri yang hafal Qur'an 30 juz secara bil ghaib," ujar Hj Nur Laili Rahmah.

Direktur yang akrab disapa Ibu Lilik ini menambahkan bahwa santri yang sudah hafal Qur'an 30 juz harus melewati proses tasmi' dulu. "Tahap inilah yang menyebabkan mereka belum bersedia diwisuda dulu pada hari ini," imbuhnya.

"Semoga tahun depan sudah ada lagi santri Pondok Seblak yang diwisuda tahfidz Al-Qur'an 30 juz," pungkasnya. Selain unit MTs dan MA, Pondok Seblak juga memiliki unit pendidikan PAUD, TK, MI, panti asuhan, madrasah diniyah dan tahfidz al-Qur'an.