Daerah

Mahasiswa Harus Terhindar dari Pengangguran Intelektual

Senin, 23 April 2018 | 06:30 WIB

Jombang, NU Online
Mahasiswa sebagai kaum muda yang intelek sudah waktunya mengambil peran strategis di era berkembangnya peradaban manusia dengan kemajuan teknologi. Tak terkecuali menjadi bagian penting dalam laju berkembangnya aspek perekonomian yang mendorong munculnya pasar bebas.

Penekanan yang sekaligus menjadi imbauan penting itu menjadi bagian bahasan saat acara seminar kewirausahaan yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi Universitas KH Wahab Hasbullah (Unwaha) Tambakberas Jombang, Ahad (22/4) di aula kampus setempat.

Narasumber seminar M Erfan Arif mengatakan pentingnya mahasiswa mulai mencoba berwirausaha sejak masih berada di bangku kuliah. Dunia perkuliahan dan bisnis menurutnya merupakan dua hal yang harus dikawinkan atau disinergikan.

"Memperdalam pengetahuan tentang berbisnis (berwirausaha) dengan cara kuliah adalah upaya untuk meminimalisir risiko, karena yang diketahui di perkuliahan bisa membentuk pola pikir yang semakin ilmiah dan semakin objektif," ungkapnya.

Dosen mata kuliah e-commerce di Universitas Brawijaya Malang ini lebih jauh memaparkan, mahasiswa memiliki kesempatan dan potensi cukup besar untuk bisa berkiprah di dunia wirausaha. Sejumlah pengetahuan yang diperoleh semenjak duduk di bangku kuliah menjadi modal utama meraih kesuksesan di bidang bisnis khususnya.

"Bisnis juga bisa kita jadikan sebagai sarana untuk mendukung keberhasilan kuliah. Hal ini dibuktikan bahwa perusahaan besar ditopang oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya di mana itu mereka tempuh selama kuliah," jelasnya.

Di sisi lain dirinya meyakini semua kampus menginginkan lulusannya menjadi sarjana sukses sesuai kemampuan yang dimiliki, termasuk dalam dunia bisnis. Begitu juga sebaliknya, kampus tidak menghendaki lulusannya menjadi pengangguran intelektual.

"Semua perguruan tinggi mengorientasikan supaya lulusannya tidak ada yang jadi karyawan. Akan tetapi orientasinya adalah menjadi pengusaha agar terhindar dari julukan pengangguran intelektual," tuturnya.

Dipaparkan, Indonesia memiliki perguruan tinggi swasta sebanyak 4.197 yang setiap tahunnya tentu mewisuda beberapa sarjana. Begitupun perguruan tinggi negeri yang jumlahnya tak kalah banyak. 

"Maka bisa kita bayangkan semakin meningkatnya sarjana yang mencari kerja di setiap tahunnya," kata dia.

Demikian demikian, guna meminimalisir potensi pengangguran intelektual itu, lanjut dia, maka mahasiswa harus mampu mengubah paradigma lama yang mengungkapkan bahwa setelah lulus kuliah harus mencari kerja menjadi setelah lulus harus berwirausaha dan membuka lapangan kerja. (Syamsul Arifin/Ibnu Nawawi)