Daerah

Makam Gus Dur Masih Tutup, Pedagang Sekitar Bekerja Serabutan

Sabtu, 27 Juni 2020 | 02:00 WIB

Makam Gus Dur Masih Tutup, Pedagang Sekitar Bekerja Serabutan

Lapak di kawasan makam Gus Dur tampak masih ditutup. (Foto: NU Online/Syarif Abdurrahman)

Jombang, NU Online
Penutupan area makam KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur sejak beberapa bulan lalu memberikan dampak yang luar biasa pada pedagang di sekitarnya.


Makam Gus Dur mulai ditutup secara resmi pada tanggal 20 Maret 2020 hingga saat ini. Penutupan ini secara otomatis mempengaruhi penghasilan para pedagang di sekitar makam.


Pihak Pesantren Tebuireng melakukan penutupan makam Gus Dur dan makam keluarga besar Tebuireng hingga waktu yang tak terbatas.


“Saat ini ya tutup total, bekerja seadanya. Setidaknya bisa bertahan hingga buka lagi makam Gus Dur,” kata salah satu pedagang di kawasan Gus Dur, Ahmad Khusaini, Jumat (26/6).


Khusaini mengatakan para pedagang di kawasan parkir makam dan serta barat pintu masuk makam Gus Dur semua beralih mencari pekerjaan baru. Karena nol pemasukan selama ini.


Padahal dalam hari biasa, pedagang kecil seperti penjual pentol saja bisa mendapat jutaan rupiah. Apalagi penjual baju dan oleh-oleh lainnya, bisa Rp4-6 juta.


Pekerjaan yang dilakukan Khusaini kini pun tak menentu. Berpindah-pindah dari satu jenis pekerjaan ke pekerjaan lain. Bahkan kadang juga menjadi buruh tani.


“Pemasukan pedagang kan hanya mengandalkan belanja dari para peziarah. Karena peziarah tidak ada yang berkunjung, ya sementara ini lapak kami tutup. Kalau omzet, jelas hancur," tambahnya.


Sementara itu, pantauan di lapangan penjaga pintu masuk makam Gus Dur masih tetap jaga seperti biasanya.


Salah satu penjaga yang ditemui bernama Yudi mengatakan banyak para peziarah yang bertanya kapan makam Gus Dur dibuka lagi. Namun ia tak bisa memberikan kepastian kepada para calon peziarah tersebut.


“Tapi setiap ada peziarah yang masuk, kita kasih selebaran kebijakan penutupan," tandasnya.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin