Bondowoso, NU Online
Haflatul imtihan Madrasah Diniyah (MD) Ainul Hasan Desa Bedoarum Kecamatan Wonosari Bondowoso kali ini hadir dengan format acara baru. Madrasah yang diasuh oleh Ustadz Ahmad Jai'iz ini mewajibkan santrinya untuk menampilkan teater tentang tragedi sejarah pertumpahan darah yang dikenal Gerbong Maut.
Cerita ini lahir dari perlawanan masyarakat Bondowoso dalam mengusir penjajah. Sebagaimana tak asing dimata masyarakat sekitar bahwa sejarah tersebut merupakan tragedi penyekapan para pejuang oleh penjajah di dalam gerbong kereta. Dengan semangatnya para santri dan santriwati memerankan pentas ini di muka masyarakat sekitar pada Kamis (26/5).
"Saya sangat senang, kali ini ustadz mewajibkan saya dan teman-teman saya memerankan teater ini. Karena dengan ini, saya dan teman-teman tak hanya belajar membaca Al-Quran dan kitab kuning di madrasah melainkan saya juga bisa belajar sejarah kakek dan nenek moyang kita," ungkap Chelsa Umi, santriwati kelas 6 MD Ainul Hasan.
Madrasah ini berdiri sejak tahun 1996, yang bergerak di bidang pendidikan diniyah untuk anak-anak di Desa Bendoarum. Di tahun ini tercatat 120 santri yang menimba ilmu Islam ahlussunnah wal jamaah. Madrasah ini juga dikenal dengan metode-metode barunya teruntuk mempersiapkan generasi ulul albab yang nantinya melanjutkan perjuangan para alim ulama.
"Kami para ustadz dan ustadzah ingin memberi metode pendidikan yang mengasyikkan untuk para peserta didik. Salah satunya dengan pementasan teater Gerbong Maut umtuk memupuk spirit nasionalisme para santri. Agar nantinya mereka tak bosan-bosannya mengabdi untuk negeri ini," tutur Ustadzah Erviana Iradlah Ulya.
Ribuan masyarakat Bendoarum memadati halaman madrasah ini. Mereka secara khidmat mengikuti haflatul imtihan untuk menyaksikan putra-putrinya menampilkan apa yang dipelajari selama setahun.
Acara ini dihadiri oleh KH Faqih Ali Pengasuh Pondok Pesantren Sabilul Muttaqien Situbondo. Ia mengingatkan kepada masyarakat sekitar untuk mempersiapkan diri menghadapi bulan yang ditunggu-tunggu yakni bulan Ramadhan. Menurutnya bulan Ramadhan akan lebih indah jika dihiasi dengan membaca Al-Quran untuk kemaslahatan Bangsa Indonesia. (A'dhom/Mukafi Niam)