Pontianak, NU Online
Dzikir kebangsaan ini diisi dengan kehadiran Sayyid Syech Amin bin Muhammad Adduhaibi al-Jailani dari Libanon. Juga digelar bedah buku Bermulai dari Cinta sebagai matarangkai Hari Santri yang dilaksanakan di aula Abdul Rani IAIN Pontianak.
H Ahmad Faruki mengemukakan bahwa acara diselenggarakan demi mengingatkan berbagai kalangan akan pentingnya hari santri.
“Selama ini hari santri hanya diketahui oleh sebagian orang khususnya para santri. Karenanya kegiatan ini juga mengundang sejumlah kalangan masyarakat serta mahasiswa IAIN Pontianak,” kata Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pontianak, Kalimantan Barat ini, Jumat (20/9).
Acara terbilang cukup istimewa karena menghadirkan Sayyid Syaikh Amin bin Muhammad Adduhaibi al-Jailani yang merupakan keturunan ke-27 Syaikh Abdul Qodir al-Jailani.
Demikian pula dengan kehadiran tokoh penting yaitu Kiai Ali Badri, Wali Kota Pontianak, Rektor IAIN Pontianak, Kepala Kemenag, Danramil, serta Kodim Kota Pontianak.
Menurut Rahmat Bustomi, PC NU Kota Pontianak telah menyusun beberapa rangkaian kegiatan hari santri salah satunya satunya dzikir kebangsaan bersama Syaikh Amin.
“Juga akan disusul beberapa rangkaian lomba seperti jalan santai ala santri serta apel untuk para santri dalam waktu yang telah ditentukan demi memperingati hari santri,” katanya.
Sayyid Syaikh Amin Bin Muhammad Adduhaibi al-Jailani dari Lebanon menyampaikan begitu banyak pemaparan yang penting dan bermanfaat yang diterjemahkan oleh KH Ali Badri.
Di akhir pemaparannya, Syaikh Amin memberikan ijazah dalam bentuk amalan yang menganjurkan para hadirin untuk membaca shalawat, lailahaillallah serta istighfar setiap pagi dan sore dan di lanjutkan dengan shalawat kembali.
“Karena setiap hari kita hendaknya mengawali shalawat dan mengakhiri dengan shalawat pula,” ungkapnya.
Kegiatan dilanjut dengan bedah buku, Bermula dari Cinta karya Kiai Ali Badri.
Dalam buku tersebut mengupas tentang hikmah, teori, konsep dan motivasi yang terkandung dalam al-Qur’an. Hal itu membuktikan kesesuaian kitab suci dengan fitrah manusia sehingga bisa dijadikan pedoman dalam segala aspek.
Kontributor: Khusnul Khotimah
Editor: Ibnu Nawawi