Daerah

Pameran Buku dan Diskusi Historiografi Indonesia

Jumat, 17 Maret 2006 | 06:54 WIB

 Malang, NU Online

Beberapa tahun terakhir ini, sejarah menjadi wacana yang menyita perhatian publik. Bahkan menjadi polemik di tengah-tengah masyarakat. Bukan itu saja, kesaksian pelaku sejarah juga menjadi inspirasi terbitnya berbagai buku yang memberi tafsir baru. Dampaknya, sejarah pun digugat dan menimbulkan kontroversi. Apa yang melatarbelakangi ?

<>

Siapa pun pasti ingat. 30 September 1965 lalu Indonesia digegerkan dengan pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) atau yang lebih dikenal dengan peristiwa G 30 S PKI. Penculikan besar-besaran dan pembunuhan terhadap jajaran tertinggi TNI mewarnai kejadian tersebut. Bahkan, bergulirnya peristiwa ini telah menyeret orang nomor satu di Indonesia yang saat itu dipimpin sang proklamator Ir Soekarno. Bahkan, pemerintahan Soekarno kala itu turut dipertanyakan kredibilitasnya. Meski begitu, tak sedikit pula berbagai kalangan menilai peristiwa tersebut hanyalah permainan politik untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno.

Setidaknya, itulah salah satu inti persoalan yang membuat Kerstin Beise menulis buku tentang peristiwa ini. Yakni berjudul Apakah Soekarno Terlibat Peristiwa G 30 S. Dengan membaca buku bersampul merah putih dengan background Soekarno tersebut pembaca akan mampu menyimpulkan bagaimana sebenarnya peristiwa ini. Selain karya Kerstin, karya-karya lain yang dipamerkan dalam ajang pameran buku sejarah yang dihelat Toko Buku Toga Mas Malang hingga 23 Maret ini di antaranya Persekutuan Aneh: Pemukim China, Wanita Peranakan, dan Belanda di Batavia VOC karya Leonar Blusse. Ada juga Bermuda Dua: Kebijakan Soeharto terhadap Soekarno Beserta Keluarganya karya Yuli Hananto, dan Penjahat Gaya (orde) Baru: Eksplorasi Politik dan Kriminal karya James T Siegel. "Selain keempat buku di atas, masih banyak sekali buku-buku sejarah yang dipamerkan dalam ajang ini. Semua mengusung sejarah kelam Indonesia," ucap Johan Budhi Sava, owner Toga Mas.

Sebenarnya, pameran tersebut tak hanya digelar di Toga Mas Malang. Tapi dihelat serentak di tiga kota. Selain Malang sendiri, ada Toga Mas Surabaya dan Yogyakarta. Menariknya, pameran ini ditukangi tiga penerbit Jogyakarta, yakni Ombak, LKIS, dan Navila. Semuanya menyajikan wacana-wacana sejarah yang begitu ekspresif. Bahkan, sebagian besar di antaranya membeberkan bagaimana sejarah Indonesia digugat dan menimbulkan kontroversi. "Serangan umum 1 Maret, Supersemar, hingga tragedi 1965 misalnya, itu hanyalah sebuah contoh dari peristiwa-peristiwa sejarah yang digugat dan menimbulkan kontroversi," kata dia.

Bahkan, salah satu dampak dari perdebatan sejarah tersebut adalah terciptanya sisi gelap dalam sejarah kebesaran Majapahit sebagaimana yang ditulis Mpu Prapanca dalam Negarakertagama. Bahkan seorang ilmuwan Belanda menganggap semua itu semua itu tak lebih daripada klaim kultural, bukan sebuah realitas politik. "Kalau berbicara soal sejarah, tak akan ada habisnya. Contoh paling riil saja, dalam sejarah modern Indonesia, sisi gelap sejarah terbentang dari Sabang sampai Merauke. Lihat saja, terbunuhnya Menteri Negara Oto Iskandardinata pada Desember 1945 sampai kematian aktivis HAM Munir," ungkapnya.

Walaupun sisi gelap sejarah ini sifatnya universal dan terdapat dalam semua peradaban, Johan menilai berbagai perdebatan sejarah yang terjadi harus disambut dengan gembira. Minimal, sebagai bentuk perhatian dan partisipasi masyarakat akan sejarahnya. Terlebih, perdebatan sejarah bukanlah anarkhi dalam keilmuan, tapi merupakan pantulan dari kegelisahan intelektual untuk menjangkau kenyataan historis. Bahkan, perdebatan yang terjadi ini akan membuat sejarah lebih demokratis dan membebaskan. "Kami hanya berharap, semoga pameran ini memberi wacana segar dan mampu menumbuhkan kesadaran terhadap sejarah. Yang lebih penting, dengan mengaca pada sisi kelam sejarah kita bisa becermin dan mengambil pelajaran agar tidak terulang lagi," kata Johan.

Selain menggelar pameran, ajang ini juga akan disertai dengan seminar, diskusi buku, dan talk show. Untuk Malang sendiri, akan digelar seminar bertajuk Menyoal Historiografi Indonesia pada 15 Maret pukul 14.00 di Gedung Perpustakaan Kota Malang. Hadir sebagai pembicara M. Nursam (penerbit Ombak), Dr Dwi Cahyono (sejarawan), dan Agus Sunyoto (penulis roman sejarah). (Alf/Radar Malang)