Daerah

Penderitaan Warga Pesisir Pantura Jawa Harus Hadapi Banjir Rob Bertahun-tahun

NU Online  ·  Sabtu, 8 November 2025 | 20:30 WIB

Penderitaan Warga Pesisir Pantura Jawa Harus Hadapi Banjir Rob Bertahun-tahun

Banjir rob di Kelurahan Bandengan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan Desember 2022. (Foto: Dharwanto)

Jakarta, NU Online
Banjir rob merupakan bencana rutin yang melanda masyarakat pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa. Banjir rob menimpa mereka berkali-kali selama bertahun-tahun.

 

Dharwanto, seorang warga Bandengan, Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, mengatakan banjir rob yang menggenangi wilayahnya terjadi sejak tahun 2008 silam. Banjir rob tersebut melanda area permukiman, pertambakan hingga persawahan. Rata-rata banjir rob terjadi sebanyak 3-4 kali selama setahun dan akan surut sekitar 2-4 minggu.

 

"Pernah terjadi banjir di Bandengan tidak surut selama dua bulan pada tahun 2020 dan 2024," ujarnya kepada NU Online pada Jumat (7/11/2025).

 

Ia menceritakan saat ini masyarakat di wilayahnya harus cepat beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Salah satu bentuk penyesuaian diri yang dilakukan, mereka harus meninggikan lantai dan atap rumah. Padahal, ini membutuhkan biaya yang mahal. Bahkan sarana transportasi juga mengalami kerusakan akibat terkena air asin.

 

"Untuk warga yang mata pencaharian petani, petambak ikan, sekarang berubah menjadi buruh serabutan karena lahan tambak dan pertanian (sawah dan kebun melati) sudah tergenang banjir rob," ungkapnya.

 

Menurutnya, perubahan profesi masyarakat ini berdampak pada perubahan perilaku. Perubahan juga terjadi dalam pandangan masyarakat terhadap masalah sosial seperti pendidikan, struktur sosial, kelembagaan, keagamaan, kesehatan, pranata sosial, nilai, norma dan lain-lain. 

 

"Dengan perubahan kondisi pendapatan yang sebaliknya yaitu pendapatan masyarakat menurun tentunya akan memengaruhi perilaku sosialnya," paparnya.


Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Maskut Candranegara menyatakan kondisi masyarakat pesisir Pantura Jawa sangat memprihatinkan dan sering terabaikan.


Ia menambahkan, masyarakat pesisir hidup dengan air yang menggenangi rumah dan jalan pada jam-jam tertentu. Anak-anak mulai mengalami kesulitan dalam bersekolah, akses layanan publik terganggu dan kesehatan lingkungan menurun akibat air kotor.


"Sebagian besar warga pesisir kehilangan mata pencaharian, warga bekerja sebagai nelayan, buruh pelabuhan, pedagang kecil, atau pekerja sektor informal," jelasnya.

 

Selain itu, banjir rob juga mengakibatkan kapal sulit bersandar, ikan cepat rusak karena gudang basah, warung atau permukiman rusak berkali-kali. Padahal biaya perbaikan rumah tidak murah bahkan terus meningkat.

 

"Ini membuat mereka terjebak dalam lingkaran kemiskinan ekologis, di mana kerusakan lingkungan langsung mengikis pendapatan mereka," terangnya.

 

Maskut menyebut, dampak lain akibat banjir rob yaitu aspek psikologis dan sosial. Hidup di tengah ketidakpastian bencana banjir rob dapat memicu stres, rasa tidak aman dan kelelahan fisik karena harus mengatasi banjir secara berulang.

 

"Beberapa keluarga terpaksa pindah tetapi tanpa dukungan relokasi formal," terangnya.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang