Santri Dayah MUDI Samalanga Meninggal Terseret Arus Banjir di Pidie Jaya
NU Online · Ahad, 30 November 2025 | 04:30 WIB
M. Rais bin Muhammad Zaini (19), meninggal dunia terseret arus banjir di Kecamatan Jangka Buya, Kabupaten Pidie Jaya, Jumat (29/11/2025). (Foto: dok Dayah MUDI)
Helmi Abu Bakar
Kontributor
Pidie Jaya, NU Online
Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Aceh kembali menelan korban jiwa. Seorang santri Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, M. Rais bin Muhammad Zaini (19), ditemukan meninggal dunia setelah terseret arus banjir di Kecamatan Jangka Buya, Kabupaten Pidie Jaya, Jumat (29/11/2025).
Santri asal Gampong Teungoh, Kota Langsa itu sebelumnya dilaporkan hilang pada Kamis (28/11/2025) ketika bersama empat rekannya berusaha melintasi kawasan rel kereta api yang terendam banjir. Jenazah kemudian dimakamkan di kampung neneknya di Kabupaten Pidie karena banjir masih menggenangi sejumlah jalur utama sehingga menyulitkan pemulangan ke Langsa.
Guru senior Dayah MUDI, Tgk Hendri, membenarkan kabar duka tersebut. Ia mengenang almarhum sebagai santri yang santun dan tekun.
“Santri ini sempat dinyatakan hilang hampir 20 jam sebelum akhirnya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia sekitar pukul 10.00 WIB. Kami sangat berduka karena almarhum dikenal baik dan sopan,” ujarnya, Sabtu (29/11/2025).
Musibah terjadi ketika Rais bersama empat rekannya Multazam (23), Firman Syah (20), M. Sidik (23), dan M. Rifki (17), melintasi rel kereta api yang tergenang banjir tak jauh dari Kantor Polsek Jangka Buya.
“Arus air tiba-tiba menguat dan menyeret mereka. Dua santri berhasil diselamatkan rekannya, namun Rais hanyut dalam hitungan detik,” jelas Tgk Hendri.
Kapolres Pidie Jaya AKBP Faisal Pasaribu, melalui Kapolsek Jangka Buya Ipda Mustafa, mengatakan bahwa aparat gabungan segera melakukan pencarian setelah menerima laporan.
“Personel Polsek bersama TNI dan warga langsung turun. Kondisi sangat sulit karena arus kuat dan pencarian dilakukan dalam keadaan gelap,” ujarnya.
Pencarian sempat dilakukan hingga larut malam menggunakan perahu seadanya, namun korban belum ditemukan. Upaya dilanjutkan pada Jumat pagi dengan menyisir aliran banjir di area persawahan.
“Korban akhirnya ditemukan sekitar 50 meter dari titik awal hanyut. Meski dalam kondisi meninggal, ini menjadi jawaban bagi keluarga dan seluruh pihak yang menunggu,” katanya.
Ipda Mustafa mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dan tidak memaksakan perjalanan saat banjir menggenangi wilayah.
“Banjir dan arus deras sangat berbahaya. Kami berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih waspada,” pungkasnya.
Suasana haru menyelimuti proses evakuasi. Para santri, warga, dan relawan menundukkan kepala sambil memanjatkan doa saat jenazah almarhum berhasil diangkat dari lokasi.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua