Daerah

Tidak Ada Ajaran Bom Bunuh Diri Dalam NU

Rabu, 30 November 2005 | 08:27 WIB

Probolinggo, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) tidak mengenal adanya jihad ala teroris yang menghalalkan aksi pengeboman dan bom bunuh diri. Hal tersebut dinyatakan Ketua Umum PB NU KH Hasyim Muzadi dalam acara haul KH Moh. Hasan Genggong yang dipusatkan di halamanMasjid Jami Raudlatul Jannah alun-alun Kota Probolinggo Senin malam kemarin.

Hadir dalam acara itu pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Kabupaten Probolinggo KH Mutawakkil Alallah, Rois Syuriah PC NU Kota Probolinggo KH Romly Bakir dan salah satu alumni KH Jupri. Tampak pula Sekdakot Probolinggo Banduk Sutrisno, Ketua DPRD Kusnan.

<>

"Acara haul merupakan bagian dari bukti kecintaan dan hormat kepada ulama. Jika orang NU mengikuti ajaran ulamanya tidak akan ada orang yang ikut menjadi teroris. Sebab dalam kita-kitab ulama NU tidak ada baabul ngebom," ujar Hasyim diikuti tawa para hadirin yang memadati masjid.

Dalam sejarahnya, tidak pernah ada ulama yang mengajarkan dan menancapkan keutamaan Islam dengan cara kekerasan. "Itu salah satu alasan kenapa NU tidak setuju dengan teror dan aksi pemboman yang terjadi di Indonesia," ujar ketua PB NU yang sempat mencalonkan diri menjadi wapres berpasangan dengan Megawati ini.

Hasyim juga mengaku sangat prihatin dengan adanya aksi-aksi teror tersebut. Sebab, menurutnya cara tersebut tidak akan pernah menjadi jalan baik bagi perkembangan Islam di masa yang akan datang.

"Saya tidak tahu kenapa mereka bisa menjadi golongan kereng (galak). Masak ada kitab cap macan yang mempengaruhi pemahaman mereka sehingga menjadi galak seperti itu," terangnya kembali ditimpali tertawa peserta pangajian.

Tak hanya aksi terorisme, Hasyim juga menyebut konflik Maluku sebagai contoh. "Konflik itu sebenarnya bukan murni konflik agama. Itu hanya ulah orang-orang tidak bertangungjawab yang ngobong-ngobongi. Tapi lihat, dengan cara kekerasan seperti itu adakah orang Kristen yang masuk Islam atau sebaliknya? Yang ada hanya jatuhnya korban nyawa di kedua belah pihak," ujarnya.

Sebab, Islam memang tidak pernah diajarkan dengan cara kekerasan. Dalam berperang saja Rasulullan SAW tidak pernah menyerang terlebih dulu. Terbukti dari posisi medan peperangan yang selalu lebih dekat dekat benteng kubu Rasulullah di Madinah. "Hanya sekali Rasulullah melakukan penyerangan. Saat itu pada masa penaklukkan Kota Mekkah," ungkap Hasyim.

Saat ditemui seusai berceramah, Hasyim Muzadi menyatakan kembali bahwa NU sama sekali tidak mengenal konsep jihad dengan cara kekerasan. "Jihad itu kan artinya berjuang. Dan perjuangan itu tidak mutlak melalui perang dan kekerasan. Mengentaskan kemiskinan dan memajukan pendidikan itu juga bagian dari jihad," ujarnya.

Selain itu, istilaj jihad menurut Hasyim mulai dikenal dari nama sebuah kelompok perjuangan di Timur Tengah. Namun, ketika dibawa ke Indonesia, istilah itu menjadi agak bergeser. Seolah-olah apapun halal demi alasan jihad.

"Kalau konsep jihad seperti itu diterapkan di negeri yang seeding berperang mungkin masih bisa diterima. Tapi di sebuah negeri yang damai seperti Indonesia hukumnya mutlak haram. Sebab itu berarti perbuatan kriminal," di akhiri oleh beliau.(jpnn/Die)