Daerah

Tujuh Keistimewaan Ramadhan

Rabu, 5 Oktober 2005 | 03:16 WIB

Banjarmasin, NU Online
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Banjarmasin, Drs. H. Murdjani Sani menyatakan, seakan tiada terasa hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti bulan, umat Islam kembali betemu dengan bulan Ramadhan yang agung serta mubaraq pada tahun 1426 Hijriah ini.

"Mengapa Ramadhan disebut bulan yang agung dan mubaraq. Karena pada bulan tersebut setidaknya ada tujuh keistimewaan, melebihi dari bulan-bulan lainnya," ujarnya dalam kuliah subuh di Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, Rabu yang merupakan hari pertama bulan puasa tersebut.

<>

Ia menyebutkan, tujuh keistimewaan Ramadhan sebagaimana dinyatakan Rasulullah Muhammad SAW yang diriwayatkan Salman Al Farisi, antara lain bahwa pada bulan itu terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.

"Satu malam yang lebih baik dari seribu bulan dimaksud ialah, ’malam qadar’ sebagaimana diungkapkan Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Al Qadar," lanjutnya dalam kuliah subuh di masjid terbesar dan termegah, serta kebanggan kaum muslim di Provinsi Kalimantan Selatan itu.

Keistimewaan lain dari Ramadhan, pada bulan tersebut difardhukan (diwajibkan) bagi orang Islam beriman berpuasa seperti diisyaratkan Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah yang artinya, "Hai orang-orang beriman diwajibkan atas kamu melaksanakan puasa sebagaimana orang-orang terdahulu agar kamu menjadi orang yang mutaqin".

Karena dari puasa tersebut mengandung beberapa aspek positif, antara lain pengendalian diri dari hawa nafsu, asalkan ibadah itu dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai petunjuk atau tuntunan ajaran agama Islam.

Pasalnya dengan pengendalian diri tersebut, selain yang bersangkutan bisa terhindar dari kemunkaran, juga sekaligus merupakan gerakan memerangi hal yang munkar itu sendiri.

Begitu pula pelaksanaan ibadah pada bulan Ramadhan akan mendapatkan ganjaran pahala yang berganda dari Allah SWT, seperti mengerjakan ibadah sunat nilai pahalanya sama dengan melakukan yang fardhu di bulan suci tersebut.

Selain itu, mengerjakan yang fardhu pada bulan Ramadhan nilai pahalanya sama dengan 70 kali pahala melaksanakan yang fardhu dari bulan-bulan lainnya. "Namun perlu diingat, hal itu hanya nilai, jangan salah artikan, sehingga meninggal kewajiban lainnya di luar Ramadhan," pesannya.

Menurut dia, seorang muslim yang tidak melaksanakan kewajiban atau yang difadhukan baginya sama dengan mempermainkan Islam. Hal itu juga berarti yang bersangkutan hanya sebagai Islam KTP (kartu tanda penduduk) atau sekedar Islam nama.

"Keadaan seperti itu memang tidak mengherankan, karena Nabi SAW sendiri pernah mengkonstatir bahwa pada suatu saat (zaman) Islam hanya suatu nama, dan masjid bagus-bagus tetapi tidak diisi dengan shalat berjemaah," ungkapnya mengutip hadis nabi tersebut.

Pada kesempatan itu pula, Ketua MUI Banjarmasin mengajakan kaum muslim, selain melaksanakan berbagai peribadahan Ramadhan, pada bulan tersebut hendaknya memperbanyak membaca do’a yang dianjurkan, sesuai nilai keagunan dan kemubaraqkannya.

Do’a dimaksud ialah pada sepuluh hari pertama membaca "Allhummarhamni birahmatika yaa arhamarrahimien", kemudia kurun waktu sepuluh malam kedua, "Allahummaghfirli dzunubi ya rabbal’alamien" dan di sepuluh malam terakhir Ramadhan, "Allahumma ’atiqni minannar wadkhini jannatha birahmatika ya arhamarrahimien".

"Karena pada selupun malam pertama Ramadhan tersebut merupakan masa pemberian rahmat, dan sepuluh malam kedua merupakan masa pengampunan, kemudian pada sepuluh malam terakhir bulan suci tersehut merupakan waktu pembebasan dari api negara," demikian Murdjani Sani.(ant/mkf)