U-Wei Bin Haji Saari memberikan sambutan setelah menerima Lifetime Achievement Award pada ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2023 di Hotel Pullman, Kuching Serawak, Sabtu, 5 Agustus 2023. (Foto: NU Online/Hamzah Sahal)
Hamzah Sahal
Penulis
Serawak, NU Online
Malam Ahad, selepas Maghrib, aula hotel berukuran kira-kira sepertiga lapangan sepak bola berjubel pengunjung, memenuhi kursi yang tersedia. Bahkan di pinggir-pinggir penuh orang berdiri. Mereka adalah insan film yang datang dari berbagai negara anggot ASEAN. Ya, malam itu adalah malam puncak bernama ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2023 yang dihelat di Hotel Pullman, Kuching Serawak, Sabtu, 5 Agustus 2023.
Antusiasme perhelatan pecah saat Dina Nadzir, budiawanita asal Malaysia tampil membawakan 5 lagu berturut-turut, lalu disusul biduwan Amir Jauhari, juga dari Malaysia. Biduwanita senior dari Indonesia yang disebut pembawa acara aktor Tony Eusoff sebagai living legend, Hetty Koes Endang ikut berdendang membawakan 3 lagu. Tamu undangan tanpa ragu ikut berdendang, merekam, atau sekedar berdiri sambil bertepuk tangan.
Suasana aula sejenak hening dan khusyuk ketika penyanyi senior Malaysia Sheila Majid tampil membawakan lagu yang dipersembahkan untuk para pahlawan tenaga kesehatan yang melawan wabah Covid-19, berjudul Terima Kasih. Lagu ini seperti agak terlambat mengingat kehidupan normal pascawabah sudah kembali. Namun, lagu ini masih relevan di samping para pahlawan itu layak dikenang sampai kapan pun, tetapi juga mengingatkan bahwa AIFFA terlambat hadir karena wabah. Semestinya, AIFFA dihelat tahun 2021, namun karena force major, baru bisa hadir tahun 2023. AIFFA pertama kali tahun 2013 di Kuching, Sarawak, Malaysia, setiap dua tahun.
Setelah break karena pandemi, ASEAN International Film Festival and Awards hadir membawa semangat baru. Direktur Festival Livan Tajang mengatakan tema yang diambil, yaitu More than just films, diharapkan membawa dunia film merambah bukan sekadar soal industri hiburan, tetapi proses-proses lainnya, yang ada di sekitarnya berjalan. Maka, tempat festival, yang diselenggarakan di Old Courthouse selama tiga hari menyertakan pertemuan formal ataupun informal.
"Kami bangga dan senang sekali menyaksikan para sineas dan talenta lainnya bisa berkumpul merayakan sinema ASEAN di AIFFA 2023. Film-film terpilih dan semua performa menunjukkan potensi besar buat sinema Asia, dan AIFFA akan tetap komit mendorong serta mempromosikan karya-karya bagus merayakan sinema ASEAN di setiap kesempatan," kata Livan, dalam jumpa pers seusai malam penganugerahan.
Selain pemutaran film dan serangkaian coaching clinic, diskusi, ada juga pameran, peragaan busana, dan yang tak kalah penting lagi adalah pertemuan insan film dengan akademisi, jurnalis, dan masyakarat. Setelah malam pembukaan tanggal tanggal 2 Agustus, Gedung Old Courthouse yang didirikan tahun 1830 langsung sibuk dengan berbagai macam aktivitas, mulai worskhop seni peran, penulisan skenario, bisnis, hingga membinangkan masa depan film dokumenter di ASEAN. Aktivis film Daniel Rudi (Eagle Institute) dan Jamaluddin Phonna (Aceh Documentary) dari Indonesia berbagi pengalaman mereka bagaimana menggerakkan film dokumenter.
Saya melihat, semangat kebaruan, muncul dengan dihadirkannya film dari Turki, Ihsan Nurullah Kabil sebagai juri, selain Viva Westi dari Indonesia, Effendi Mazlan dari Malaysia, Pham Thi Hong Anh dari Vietnam, dan ketua U-Wei bin Hj. Saari. Kehadirannya Ihsan di festival ini menjadi pembeda, karena di negera, dia pegiat festival film sufi di Konya.
"Mungkin mereka ingin perspektif lain melihat film," jawab Ihsan ketika saya tanya alasan kehadirannya sebagai juri.
"Saya juga merasa, tasawuf dan sufi bisa menjadi nilai bersama karena nilai ini mengetengahkan, rasa, nilai-nilai universal, dan juga estetika," jelasnya.
Para Pemenang
Dalam acara pemutaran, ada 34 film yang diputar dari 120 film yang masuk panita. Film Indonesia antara lain ada Before, Now and Then karya Kamila Andi dan The Woman Crowned With A Crescent Moon (Cinta Bete) karya Roy Lolang.
Dari 14 kategori penghargaan, Indonesia membawa 3 piala, yaitu film Before Now and Then kategori Special Jury Award, film The Woman Crowned with a Crescent Moon kategori Sinematografi Terbaik, dan kategori Aktor Terbaik untuk Datuk Ahmad Tarmimi Siregar, aktor Malaysia berdarah Mandailing dalam film joint Indonesia-Malaysia Perjalanan Pertama.
Berikut ini daftar pemenang lengkap AIFFA 2023:
- Best Director: Carlo Obispo The Baseball Player (Filipina)
- Best Film: Barbarian Invasion (Malaysia)
- Best Screenplay: Barbarian Invasion (Malaysia)
- Best Film Editing: Faces Of Anne (Thailand)
- Best Cinematography: Roy Lolang The Woman Crowned With A Crescent Moon/Cinta Bete (Indonesia)
- Best Supporting Actress: Kim B Ngo The Brilliant Darkness (Vietnam)
- Best Supporting Actor: Hasnul Rahmat Jerangkung dalam Almari (Malaysia)
- Best Actress: Max Eigenmann Kargo (Filipina)
- Best Actor: Datuk Tarmimi Siregar Perjalanan Pertama (Malaysia dan Indonesia)
- ASEAN Spirit Award: Duan Nago Bogho (Malaysia)
- ASEAN Spirit Icon Award: Philip Cheah
- Lifetime Achievement Award: U-Wei Bin Haji Saari
- ASEAN Inspiration Award: Rain
- Special Jury Award: Before, Now and Then (Indonesia)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua