Ketika Kitab Karya KH Hasyim Asy'ari Dikaji dengan Bahasa Jerman
Rabu, 5 Februari 2020 | 04:30 WIB
Berlin, NU Online
Kata 'Ngaji Kitab' menjadi kata tradisional dan akrab dengan nuansa kesederhanaan pesantren di tanah air. Namun Ngaji Kitab menjadi sesuatu yang sangat langka dan sangat dirindukan warga muslim di Berlin, Jerman. Kerinduan warga Indonesia yang tinggal di Berlin untuk menikmati nuansa pesantren ini bisa terobati dengan hadirnya kegiatan spesial Ngaji Kitab Adabul Alim wal muta‘alim karya Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari.
Lebih spesial lagi, Ngaji Kitab yang disampaikan oleh Syeikh Abdulhaq Maskan pada Ahad (2/2) ini tidak menggunakan bahasa Jawa atau pun Indonesia namun menggunakan bahasa Jerman. Syeikh Abdulhaq Maskan ibn Abdelkadir Alhassani sendiri adalah seorang ulama asal Maroko yang aktif berdakwah dan mengajar akidah, fikih dan adab di beberapa masjid di Berlin.
Syeikh Abdulhaq menguasai berbagai bidang ilmu agama dan mengenyam pendidikan agamanya dari bermacam negara. Selain dari kota kelahirannya Maroko, beliau juga mendapat pendidikan di Mauritania, Jordan, Damaskus, Mesir, dan Yaman.
Beliau juga adalah seorang guru yang aktif mengajar di beberapa masjid di Berlin dengan penggunaan bahasa Jerman yang fasih serta artikulasi kata dan penekanan yang baik. Beliau sangat semangat dalam mengajar dengan diiringi humor-humor segar yang membuat suasana majelis menjadi nyaman.
Terkait ilmu tasawuf, Syeikh Abdulhaq adalah murid dari Habib Umar bin Hafidz. Jika di Indonesia, PBNU Ngaji Kitab Adabul Alim wal Muta’allim dengan Habib Umar bin Hafidz, maka di Berlin, PCINU Jerman mengaji kitab tersebut dengan Syeikh Abdulhaq.
"Kegiatan Ngaji Kitab Adabul Alim wal Muta’alim ini terinspirasi oleh kajian rutin bulanan PBNU dengan Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz," kata Muhammad Husein Alkaff, Wakil Ketua Tanfidziyah PCINU Jerman kepada NU Online.
Kegiatan Ngaji Kitab di Berlin untuk bulan Februari 2020 ini dilaksanakan oleh Majelis Walisongo, sebuah majelis yang berlokasi di bawah Restaurant Nusantara milik Mustasyar PCINU Jerman, Bram Fernardin yang juga Komandan Banser PCINU Jerman. Majelis Walisongo berdiri di bawah bendera PCINU Jerman dan berdiri sejak 1 Desember 2019.
"Majelis rutin mingguan berisi kegiatan membaca dzikir, shalawat alfaatih yang ijazahnya didapatkan dari KH Thobary Sadzily ketika beliau safari dakwah ke Jerman Agustus 2018 lalu. Dilanjutkan dengan bacaan surat Yaasin dan Tahlil yang pada malam tersebut dikhususkan untuk Almarhum Gus Sholah yang berpulang ke rahmatullah bertepatan pada hari tersebut," jelasnya.
Pada dua kesempatan sebelumnya, Ngaji Kitab selalu dimulai dengan potongan atau biografi singkat Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari yang dibacakan oleh Pengurus PCINU Jerman. Namun kali ini cukup spesial karena potongan sejarah Hadratussyeikh dibawakan langsung oleh Syeikh Abdulhaq.
Bersumber dari buku Kumpulan Kitab Karya KH Hasyim Asy’ari, Syeikh Abdulhaq menceritakan kekagumannya kepada sang penulis dalam hal ketelitiannya memilih hadits dan juga kecerdasannya dalam merangkai kalimat yang sederhana, singkat tetapi padat, dan penuh makna.
Selain itu, Syeikh Abdulhaq juga kagum menjelaskan bagaimana kisah ketika Hadratussyeikh berjumpa dan bersahabat dengan kelompok Ikhwanul Muslimin, namun tetap lurus pada pendiriannya berpegang Ahlusunnah wal Jamaah. Kiai Hasyim hanya mengambil semangat juang dalam berdakwah yang dimiliki Ikhwanul Muslimin.
Syeikh Abdulhaq juga menjelaskan lebih dalam tentang pentingnya bermadzhab. Beliau menjelaskan definisi madzab dan juga bahayanya bila ber-Islam tetapi tidak bermadzhab.
"Ngaji Kitab dilangsungkan dengan gaya seperti di pesantren-pesantren tradisional di tanah air. Mengharapkan berkah dari sang penulis, Kitab dibacakan dahulu dari sumber aslinya bertuliskan Arab gundul oleh Gus Mirza, Ketua PCI PMII Jerman. Dilanjutkan penjelasan yang lebih detail dan dalam oleh Syaikh Abdulhaq dalam bahasa Jerman," kata Kiai Husein Alkaff terkait ngaji yang berjalan sekitar 1 Jam 15 menit ini.
Dari Ngaji Kitab pada kesempatan tersebut, terbaca 1 halaman yang terdiri dari 4 hadits menjelaskan tentang pentingnya kegigihan dalam menuntut ilmu. Dalam ke empat hadits tersebut dijelaskan bahwa Allah telah menjanjikan lima hadiah bagi para penuntut ilmu.
Kelima hadiah tersebut adalah mendapatkan kemudahan masuk surga Allah, seluruh makhluk-makhluk Allah SWT memohon ampunan untuk mereka, malaikat bershalawat untuk mereka, mendapat keberkahan dari Allah SWT dalam hidupnya, dan mendapatkan ganjaran/pahala haji yang sempurna.
Dalam kesempatan tersebut Syeikh Abdulhaq pun mendoakan secara khusus agar majelis ilmu tersebut menjadi besar dan cita-cita PCINU Jerman memiliki Gedung NU Center di Berlin segera tercapai. Selain juga mendoakan Almarhum KH Salahuddin Wahid.
Syaikh Abdulhaq mengungkapkan, beliau baru saja berjumpa dengan Habib Umar bin Hafidz di Jordan pada awal Januari 2020. Pada pertemuan tersebut beliau menceritakan Kajian Adabul Alim wal Muta’alim yang dilaksanakan di Berlin sambil menunjukkan dua Flyer (pamflet) kegiatan ini. Seketika, Habib Umar bin Hafidz pun menyambutnya dengan senyuman lebar dan gembira yang menurut Syeikh Abdulhaq sampai terlihat giginya.
"Das war ein treffen zwischen ast und baum,“ kata Syeikh Abdulhaq dalam bahasa Jerman yang artinya Itu adalah perjumpaan antara batang (kayu) dan pohon yang menunjukkan makna perjumpaan antara murid dan guru.
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua