Amsterdam, NU Online
Islam Nusantara di Indonesia diyakini telah memberikan kontribusi besar terhadap terjaganya kemajemukan masyarakat Indonesia. Islam ini bahkan telah menjelma menjadi modal sosial-politik bagi keberlangsungan bangsa. Atas dasar ini, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda memandang penting untuk mempromosikan dan sekaligus merefleksikan ulang pengalaman Islam Nusantara tersebut, terutama kepada publik Eropa.
Upaya itu diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan konferensi internasional mengenai Islam moderat di Indonesia dengan tema Rethinking Indonesia’s Islam Nusantara: from Local Relevanceto Global Significance. Pelaksanaan kegiatan ini pada 27 Maret 2017 bertempat di kampus Vrije Universiteit Amsterdam, Belanda.
Rais Syuriyah PCINU Belanda, KH Nur Hasyim dalam siaran pers di Masjid Al-Hikmah, Den Haag, baru-baru ini mengatakan bahwa konferensi internasional ini merupakan konferensi pertama mengenai Islam Nusantara di luar negeri dan diharapkan dapat menjadi agenda dua tahunan yang diusung oleh PCINU bersama Pemerintah RI dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
“Selain fokus pada dakwah dan pengembangan masyarakat Muslim diaspora di Eropa secara umum, PCINU tetap konsisten untuk melakukan penguatan akademik dan intelektualitas dalam rangka menunjukkan wajah Islam Indonesia yang berbeda dari image Islam yang dominan di media massa Barat,” tegas beliau.
Katib Syuriyah PBNU, KH Zulfa Mustofa, dalam kesempatan yang berbeda memberikan apresiasi dan berharap ajang ilmiah ini dapat mengkaji relasi diskursus dan praktik Islam di Indonesia dengan dinamika dan tantangan kemanusiaan di ranah regional dan global. Beliau menekankan tantangan PCINU Belanda dan yang ada di beberapa negara lain untuk mendiseminasi praktik Islam yang ramah, toleran, namun juga sensitif terhadap problem ketidakadilan sosial dan ekologis.
Menurut M. Shohibuddin, Katib Syuriyah PCINU Belanda dan sekaligus pengarah konferensi, kegiatan akademik ini dibagi menjadi dua bagian, yakni forum pleno dan diskusi panel. Pada sesi panel, yang dibagi menjadi delapan panel, beberapa peneliti muda dari berbagai negara akan membahas Islam Nusantara dari berbagai sudut pandang, yaituakar intelektual dan relevansi kekinian, pendidikan, hukum dan adat, demokrasi dan HAM, krisis sosial dan ekologi, media baru dan kontestasi otoritas keagamaan, serta terakhir dialog dengan lokalitas termasuk dalam konteks Eropa.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dijadwalkan akan menghadiri dan membuka kegiatan ini. Beliau juga akan menyampaikan pidato kunci sebagai wacana pembuka yang menekankan peran Islam dalam merawat kebinekaan di Indonesia.
Dalam konferensi ini, beberapa duta besar dan pengkaji Islam dihadirkan sebagai pembicara. Prof Thijl Sunier (VrijeUniversiteit) akan menyampaikan perkembangan Islam di Eropa. Duta besar Aljazair, Safira Machrusah, akan menyorot kiprah dan peran Muslimah Indonesia dalam pembangunan bangsa. Prof Karel Steenbrink (Utrecht University) di akhir kegiatan akan menyampaikan catatan kritis atas semua topik dan isu yang didiskusikan. Selain itu, beberapa ahli dan guru besar dari berbagai universitas di Belanda dilibatkan sebagai pembahas di setiap diskusi panel.
Menurut Ketua Tanfidziyah PCINU Belanda, Fachrizal Affandi, kegiatan konferensi ini merupakan salah satu rangkaian acara dari Konferensi Cabang (Konfercab) kedua PCINU Belanda. Konfercab itu sendiri akan dilaksanakan esok harinya di Masjid Al-Hikmah, Den Haag.
“Pesan-pesan kunci dari konferensi internasional ini akan menjadi bahan rekomendasi yang akan dikeluarkan oleh forum Konfercab,” kata kandidat PhD di LeidenUniversity ini menegaskan.
Melihat siginifikansi kegiatan ini, beberapa pihak memberikan dukungan, yaitu KBRI Den Haag, VrijeUniversiteit Amsterdam, Persatuan Pemuda Muslim Eropa, dan Kementerian Agama RI. Red: Mukafi Niam