100 Hari Wafatnya KH Imam Aziz, Pesantren Bumi Cendekia Gelar Diskusi Buku dan Peresmian Masjid
NU Online · Sabtu, 18 Oktober 2025 | 18:00 WIB
Peringatan 100 hari wafatnya KH M. Imam Aziz, Jumat (17/10/2025) di Pesantren Bumi Cendekia di Gombang, Rajeklor, Sleman, Yogyakarta. (Foto: dok. panitia)
Markaban Anwar
Kontributor
Sleman, NU Online
Sore itu, Pesantren Bumi Cendekia di Gombang, Rajeklor, Sleman, Yogyakarta dipenuhi suasana hangat dan penuh makna. Tawa, pelukan, dan percakapan akrab terdengar di setiap sudut, ketika sahabat, murid, dan kolega KH. M. Imam Aziz berkumpul dalam acara Launching & Diskusi Buku – Temu Sahabat KH Imam Aziz, Jumat (17/10/2025).
Pemantik diskusi, Hj. Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, Ketua PBNU Bidang Kesejahteraan Rakyat, memaparkan refleksi mendalam tentang warisan pemikiran KH. Imam Aziz. Ia menekankan bahwa pemikiran dan kiprah almarhum bukan hanya milik masa lalu, melainkan terus hidup sebagai inspirasi dalam kerja sosial-keagamaan hari ini.
“Kiai Imam menunjukkan bahwa menjadi ulama tidak berhenti pada ilmu, tapi juga pada keberpihakan. Ia selalu hadir di tengah rakyat dan kaum pinggiran, meneguhkan kemanusiaan sebagai inti dari keislaman,” ujar Alissa Wahid dalam pembukaannya.
Alissa menjadi salah satu pemantik diskusi yang menghadirkan sejumlah tokoh dan sahabat dekat KH. Imam Aziz, antara lain Made Supriatma (jurnalis, peneliti sosial), Aris Arif Mundayat (akademisi UGM, peneliti isu sosial), Didid Dananto (aktivis perlindungan anak jalanan Girli Tikyan), dan Ahmad Nashih Luthfi (akademisi STPN, peneliti agraria dan sejarah), dengan Heru Prasetia (Gusdurian) sebagai moderator.
Diskusi berlangsung akrab dan penuh kenangan. Para peserta saling berbagi cerita—dari humor khas Kiai Imam hingga gagasannya tentang rekonsiliasi dan keadilan sosial. Suasana semakin hangat saat sahabat-sahabat lama menambahkan kisah pribadi, seakan menghadirkan kembali sosok sang Kiai Imam Aziz melalui kata-kata dan tawa.
Acara diskusi ini menjadi bagian dari peringatan 100 hari wafatnya KH Imam Aziz, dengan peluncuran dua buku yang merekam perjalanan intelektual dan spiritual Kiai Imam Aziz.
Buku pertama, Jejak Kiai Rakjat (KH. Imam Aziz dalam Kenangan), berisi kumpulan obituari dari sahabat dan kolega. Di dalamnya, sosok Kiai Imam digambarkan sebagai ulama sederhana namun tajam dalam berpikir, lembut dalam bertindak, dan tegas dalam membela kemanusiaan.
Sementara buku kedua, Sing Apik Dienggo, Sing Elek Dibuwang, menyingkap refleksi teologis dan sosial yang ia tulis sejak muda—tentang teologi rekonsiliasi, gerakan sosial, hingga masa depan Nahdlatul Ulama. Tulisan-tulisan itu menjadi bukti bagaimana intelektualitasnya berpadu dengan komitmen moral terhadap keadilan dan keberpihakan pada yang lemah.
Sedangkan acara Temu Sahabat KH. Imam Aziz di pandu oleh Hairus Salim (pegiat LKIS Yogyakarta). Para hadirin berbagi kisah tentang KH. Imam Aziz — mulai dari humor-humornya yang khas hingga pemikiran-pemikirannya yang tetap relevan di tengah dinamika sosial hari ini. Suasana menjadi semakin hidup ketika para peserta saling menambahkan kenangan pribadi, menghadirkan kembali sosok sang kiai lewat kata-kata dan cerita.
Refleksi dan Perayaan Hidup
Selain diskusi buku, peringatan 100 hari wafat KH. Imam Aziz juga diisi dengan tahlil, mujahadah, dan pengajian yang dipimpin oleh KH. Muhammad Yusuf Chudlori (Gus Yusuf). Pada kesempatan yang sama, KH. Ma’ruf Amin (Wakil Presiden RI 2019–2024) turut menyampaikan testimoni yang mengenang keteladanan almarhum dalam perjuangan sosial-keagamaan, Jumat (17/10/2025) pagi.
Puncak acara ditandai dengan Salat Jumat perdana di Masjid baru Pesantren Bumi Cendekia, yang sekaligus diresmikan oleh KH. Mas’ud Masduki (Rais Syuriah PWNU DIY), KH. Muhammad Yusuf Chudlori (Pengasuh Pesantren API Tegalrejo, Magelang), dan Hj. Alissa Wahid.
Sehari sebelumnya, (Kamis, 16/10/2025), Pesantren Bumi Cendekia juga menggelar Simaan Al-Qur’an, bazar produk lokal, dan bakti sosial pemeriksaan kesehatan bagi lansia dan balita. Sebanyak 75 lansia menerima paket sembako, sementara 25 balita mengikuti program perbaikan gizi.
Warisan yang Terus Hidup
Salah satu panitia, Markijok Rumekso Setyadi dari Syarikat Indonesia, mengungkapkan rasa haru atas kehadiran banyak pihak.
“Seratus hari sejak beliau meninggal, rasanya Kiai Imam masih hadir di tengah kita — hanya saja kini dalam diam, sementara kita memperbincangkannya,” tuturnya.
Kolaborasi berbagai lembaga seperti Lakpesdam PWNU DIY, LKIS, Syarikat Indonesia, Gusdurian, Yakkum, PMI, Rajawali Indonesia, PW Muslimat NU DIY, dan TV9 Nusantara menjadi bukti bahwa gagasan-gagasan beliau melampaui batas waktu dan generasi.
Pesantren Bumi Cendekia berharap, acara ini bukan hanya bentuk penghormatan, tetapi juga ajakan untuk meneruskan napas perjuangan KH. Imam Aziz — berpikir terbuka, bekerja untuk sesama, dan beragama dengan kasih sayang.
Warisan terbesar Kiai Imam bukan hanya tulisan dan gagasan, tetapi teladan hidup: tentang bagaimana ilmu, amal, dan kemanusiaan berpadu dalam perjuangan.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua