137 Tahun Harlah Ulama Pecinta Fiqih Sepanjang Hayat: KH Bisri Syansuri
Jumat, 23 Agustus 2024 | 07:30 WIB
PENGANTAR REDAKSI
Pada pada Ramadhan 1976 Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau biasa disebut HAMKA melaksanakan umrah bersama puteranya, Rusydi HAMKA.
Pada waktu sedang berdoa di makam Nabi Ibrahim, HAMKA menyaksikan seorang tua yang sedang berthawaf mengelilingi Ka’bah dengan langkah-langkah tuanya. Ia memandang orang tua itu dan berkata kepada puteranya, Rusydi HAMKA.
“Ayah ingin menjadi orang sesaleh kiai itu,” demikian cerita Rusydi HAMKA yang menemani ayahnya umrah itu, yang ditukil pada catatan Hairus Salim dimuat NU Online pada 2011.
Menurut HAMKA, sebagaimana disampaikan puteranya itu, orang tua tersebut adalah ulama besar di kalangan umat Islam Indonesia dan patut menjadi contoh dari ulama-ulama muda.
Orang tua yang sedang berthawaf itu, orang yang diinginkan HAMKA sesalehnya, orang yang yang patut dicontoh ulama-ulama muda itu, tiada lain adalah Rais Aam PBNU 1971-1980 Kiai Bisri Syansuri, seorang ulama yang dikenal tinggi pengetahuannya ilmu fiqihnya, sekaligus konsisten memeganginya. KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyebutnya sebagai ulama pecinta fiqih sepanjang hayat.
Ragam penulisan, dua versi kelahiran
KH Bisri Syansuri lahir pada 05 Dzulhijjah 1304 H bertepatan dengan 25 Agustus 1887. Namun, ada sumber lain yang menyebutkan pada 18 September dengan tahun yang sama. Dengan demikian, tepat Ahad lusa, merupakan hari lahir Kiai Bisri yang ke-137.
Momentum harlahnya ini, NU Online menyajikan tulisan khusus tentang KH Bisri Syansuri buah karya seorang peneliti, kiai muda, Yusuf Suharto. Ia mengupas mulai dari beragam cara orang menuliskan nama Kiai Bisri Syansuri. Ada yang menuliskan Bishri, Bisri, Bisyri dan ada yang menuliskan Syansuri, Syamsuri, Syansyuri, Sansuri.
Menurut penelitian Yusuf Suharto, berdasarkan banyak dokumen resmi, dan sesuai dengan cara penulisan Kiai Bisri sendiri dalam dokumen dan buku koleksi beliau pribadi, maka kemudian yang dibakukan adalah nama Bisri Syansuri.
Sementara soal tahun kelahiran Yusuf Suharto memilih 25 Agustus 1887 berdasarkan dokumen resmi yang dicatatkan KH Bisri Syansuri sendiri. Selain itu, dokumen ini merupakan paling tua dibanding yang lainnya.
Tiga tulisan
NU Online akan menyajikan tiga tulisan Yusuf Suharto, mulai dari silsilah nasab orang tuanya dan sanad keilmuannya, yang terdiri nama-nama guru dan pesantren di saat ia menuntut ilmu di Tanah Air, dan guru-guru saat menuntut ilmu di Tanah Suci Makkah.
Tulisan kedua menunjukkan kealiman Kiai Bisri Syansuri yang ahli fiqih, yang diungkapkan penulis sebagai ahli bahtsul masail. Selaras dengan apa yang diungkapkan Gus Dur sebelumnya, pecinta fiqih sepanjang hayat. Selain itu, diungkapkan pula tentang aktivitas dan karyanya.
Tulisan ketiga menarasikan Kiai Bisri Syansuri dalam lintasan arsip keluarga yang tersimpan rapi di Ndalem Kasepuhan Pesantren Denanyar, baik berupa buku yang relevan, surat menyurat, manuskrip kitab, album foto, catatan pribadi maupun kliping media, dengan beberapa ulasan dampingan. Termasuk ungkapan atau kesaksian tokoh-tokoh pada zamannya tentang KIai Bisri Syansuri.
Tulisan-tulisan itu akan dimuat NU Online mulai Jumat-Ahad, tiap hari satu tulisan. Selamat membaca.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua