3 Sektor Jihad Kontemporer NU Jawab Tantangan Lokal dan Global
NU Online · Rabu, 8 Oktober 2025 | 07:00 WIB
Groningen, NU Online
Nahdlatul Ulama dan pesantren merupakan dua institusi selayaknya dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan benteng penjaga aqidah dan sekaligus pilar penyangga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pesantren bukan sekadar sekolah, tetapi juga sebagai kawah candradimuka dan agen perubahan sosial. Hingga 2024, pesantren telah mendidik lebih jutaan santri di lebih dari 39.500 pesantren.
Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno melalui sambutannya secara virtual dalam acara Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Summit.
Dalam kesempatan itu, Menko Pratikno juga mengingatkan tentang kekuatan NU yang besar, dengan anggota mencapai lebih dari 108 juta jiwa. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan samudera kekuatan manusia yang dahsyat.
Jika kekuatan itu digerakkan secara tepat, menurutnya, dapat memberikan kontribusi signifikan bagi bangsa dan kemanusiaan. Namun demikian, kekuatan ini dihadapkan pada tantangan global (dari luar) maupun lokal (dari dalam) yang memerlukan aksi nyata dan inovatif dari generasi santri.
Tantangan dari luar mencakup arus globalisasi dan persaingan sumber daya manusia di kawasan ASEAN, sekaligus infiltrasi ideologi transnasional yang bertentangan dengan akar budaya Islam di Nusantara. Menko Pratikno mengingatkan bahwa hoaks dan fitnah juga menjadi ancaman serius bagi ukhuwwah atau persaudaraan.
Sementara itu, tantangan dari dalam negeri berkaitan dengan bonus demografi lebih dari 90 juta anak muda yang berada pada usia produktif pada 2045. Tanpa persiapan matang, potensi ini bisa menjadi bencana demografi.
Sebagai jawaban terhadap tantangan tersebut, Menko Pratikno menawarkan konsep jihad kontemporer, yang meliputi tiga dimensi, yakni intelektual, ekonomi, dan digital.
Jihad intelektual untuk melawan kebodohan, jihad ekonomi untuk mengatasi kemiskinan, dan jihad digital untuk merebut ruang narasi, terutama dalam menyebarkan kebaikan dan kebenaran.
“Sekali lagi, panggilan untuk sebuah jihad kontemporer,” tegasnya, menekankan urgensi aksi strategis yang melibatkan seluruh jaringan santri global, pada Kamis (2/10/2025).
Selanjutnya, dalam konteks transformasi ekonomi dan sosial, Menko Pratikno menekankan pentingnya pesantren menjadi pusat ekonomi rakyat dan jaringan santri global menjadi jembatan menuju pasar internasional.
Beasiswa untuk studi lanjut juga dianggap sebagai momentum untuk memperkuat kapasitas santri sebagai duta Islam moderat. “Para santri global adalah diplomat budaya Islam Nusantara,” ujar Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Dengan demikian, transformasi ini diharapkan mampu menghadirkan konsep Islam ramah dan moderat sebagai solusi konflik global.
Pratikno juga menyoroti agenda digital sebagai fondasi strategi jangka pendek dan menengah. Untuk jangka pendek, fondasi digital yang diusulkan mencakup empat hal, yaitu (1) platform NU Connect Global sebagai rumah digital diaspora santri; (2) layanan koai Digital berbasis AI untuk konsultasi pengasuh pesantren; (3) inisiasi pasar santri global melalui e-commerce dan crowdfunding untuk produk UMKM pesantren; serta (4) kurikulum santri coder dan AI.
Adapun strategi jangka menengah mencakup pendirian pesantren technopark virtual, pengembangan AI untuk studi kitab kuning, dan kooperasi digital santri global.
Menutup sambutannya, Pratikno mengingatkan bahwa para santri global adalah aset terbesar NU dan Indonesia dalam menghadapi tantangan zaman. Ia menekankan perlunya konsolidasi kekuatan dan kolaborasi untuk mewujudkan proyek-proyek konkret, termasuk pemanfaatan jejaring global untuk pemberdayaan kampung halaman.
“Masa depan kemandirian Nahdlatul Ulama ada di tangan para santrinya yang berwawasan global,” pungkasnya.
Acara yang diselenggarakan pada 2 Oktober 2025 merupakan salah satu rangkaian dari Biennial International Conference PCINU Belanda. Kegiatan ini dihadiri oleh delegasi dari PCINU Belanda, Inggris Raya, Jerman, Belgia, Mesir, Jepang, serta perwakilan pengurus lembaga dan badan otonom NU dari Indonesia.
Turut hadir dalam PCINU Summit 2025 adalah Ketua PBNU Alissa Wahid sebagai pembicara kunci dan Pengurus Badan Pengembangan Jaringan Internasional (BPJI) PBNH Achmad Munjid sebagai pembicara pengantar.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua