Ilustrasi: I’tikaf tidak hanya dilakukan dengan berdiam diri di dalam masjid, tetapi juga melakukan amalan-amalan sunnah yang dianjurkan.
Muhamad Abror
Kontributor
Jakarta, NU Online
I'tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dengan cara dan niat tertentu. I’tikaf sendiri merupakan salah satu amalan sunnah, akan tetapi nilai sunnahnya lebih kuat saat bulan Ramadhan, terutama pada sepuluh hari terakhir mengingat waktu-waktu ini lebih potensial untuk meraih malam Lailatul Qadar. Rasulullah saw bersabda,
كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Artinya, "Rasulullah melaksanakan i’tikaf pada sepuluh (malam) terakhir dari bulan Ramadhan sampai beliau wafat, lalu (dilanjutkan) istri-istrinya yang i’tikaf sepeninggalnya." (HR. Bukhari).
Meski hadits di atas menganjurkan untuk beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir selama bulan Ramadhan, tidak ada salahnya juga jika mulai dilakukan sejak awal bulan. Sebab, ada juga pendapat ulama yang mengatakan malam Lailatul Qadar bisa terjadi kapan saja selama di bulan Ramadhan, meski sepuluh hari terakhir lebih potensial.
Ustadz M. Ali Zainal Abidin, pengajar di Pondok Pesantren Annuriyah Kaliwining Rambipuji Jember, Jawa Timur dalam artikel berjudul Hal-hal yang Disunnahkan saat 'Itikaf yang dimuat di NU Online menyebutkan i’tikaf sendiri tidak hanya dilakukan dengan berdiam diri di dalam masjid, tetapi juga melakukan amalan-amalan sunnah yang dianjurkan. Berikut adalah empat amalan sunnah saat i’tikaf berdasarkan penjelasan Syekh Musthafa Sa’id Khan dalam al-Fiqhul Manhaji ‘ala Madzhabil Imam asy-Syafi’i (2/108):
1. Melakukan amal-amal sunnah seperti memperbanyak membaca dzikir, membaca Al-Qur’an, dan mempelajari ilmu pengetahuan.
2. Dilakukan dalam keadaan berpuasa. Sebab, i’tikaf yang dilakukan saat sedang berpuasa akan membuat lebih fokus dan kuat, mengingat syahwat (nafsu) dalam dirinya bisa dikendalikan. Sebab ini pula, ibadah ini sangat dianjurkan di bulan Ramadhan.
3. I'tikaf dilakukan di masjid jami', yaitu masjid yang biasa digunakan untuk mendirikan shalat Jumat.
4. Tidak berbicara hal-hal yang tidak baik. Artinya, selama i’tikaf seseorang harus menjaga ucapannya, jangan digunakan untuk mengumpat, mengadu domba, dan perkataan buruk yang menimbulkan dosa lainnya.
Adapun lafal niat i’tikafnya adalah sebagai berikut,
نَوَيْتُ الاِعْتِكَافَ فِي هذَا المَسْجِدِ لِلّهِ تَعَالى
Nawaitul i’tikāfa fī hādzal masjidi lillāhi ta‘ālā.
Artinya, "Saya berniat i’tikaf di masjid ini karena Allah swt."
Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua