53 Ribu Desa Masuk Zona Rawan, BNPB Imbau Masyarakat Tingkatkan Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi
NU Online · Kamis, 27 November 2025 | 11:00 WIB
Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pangarso Suryotomo saat ditemui NU Oline di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (26/11/2025) (NU Online/Jannah)
Rikhul Jannah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pangarso Suryotomo mengimbau masyarakat agar meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi yang meningkat tajam dalam lima tahun terakhir.
Pangarso menyebutkan bahwa lebih dari 90 persen bencana yang terjadi di Indonesia merupakan bencana hidrometeorologi mulai dari banjir, longsor, hingga cuaca ekstrem.
“Di Indonesia itu dari 84 ribu desa, itu ada 53 ribu desa yang rawan bencana tinggi dan sedang. Kita udah petakan itu,” ujarnya saat ditemui NU Online di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta pada Rabu (26/11/2025).
Karenanya, ia mengajak masyarakat dapat memahami risiko di wilayah masing-masing karena bencana tidak dapat dihindari, melainkan harus dihadapi dengan pengetahuan dan kesiapsiagaan.
Pangarso juga menekankan pentingnya masyarakat mengetahui ancaman, prosedur penyelamatan diri, serta lokasi titik kumpul aman ketika bencana terjadi.
“Maka yang dapat dilakukan adalah hidup harmoni dengan bencana. Punya tahu risiko, tahu ancaman, tahu bagaimana kalau terjadi harus melakukan aktivitas seperti apa,” ujarnya.
BNPB, kata dia, terus melakukan langkah teknis untuk mengurangi dampak bencana, termasuk modifikasi cuaca di sejumlah wilayah rawan banjir dan longsor.
“Kadang di Jakarta tidak hujan, itu karena bagian dari modifikasi. Karena kemarin kita coba beberapa wilayah itu kita lepas, tidak dimodifikasi cuacanya, ternyata jadi banjir. Ini menjadi salah satu ikhtiar penting dalam pengendalian risiko bencana,” ucapnya.
Dia menyampaikan perlunya ada penguatan mitigasi berbasis vegetasi dengan penanaman pohon keras dan pohon buah di titik-titik rawan longsor dan banjir seperti di Bogor, Bekasi, Banjarnegara, Kota Batu, dan Malang.
“Ini menjadi langkah awal untuk berupaya mencegah bencana yang biasanya terjadi di akhir tahun ini,” katanya.
Menghadapi puncak potensi bencana hidrometeorologi di akhir tahun, BNPB mengimbau masyarakat tetap tenang namun sigap.
“Kami mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak panik ketika ada bencana, ikuti arahan dari BNPB atau BPBD setempat, dan pastikan mendapatkan informasi secara resmi,” ucap Pangarso.
Ia menekankan perlunya masyarakat mempersiapkan kebutuhan peralatan, logistik, serta memperluas edukasi tentang kesiapsiagaan.
“Kami juga telah mengeluarkan surat edaran kepada BPBD di seluruh daerah agar pesan kewaspadaan terus disampaikan kepada masyarakat melalui bupati, wali kota, dan gubernur, termasuk juga melalui lembaga-lembaga terkait, termasuk LPBINU melalui apel siaga untuk memperkuat kewaspadaan masyarakat,” pungkas Pangarso.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua