Nasional BEDAH BUKU

Agamawan Perlu Rendah Hati, Agar Bisa Yakinkan Orang Lain

Kamis, 28 Mei 2015 | 14:06 WIB

Jakarta, NU Online
Para agamawan perlu mengedepankan sikap rendah hati dalam mengekspresikan ajaran agama. Sikap arogan dalam menyampaikan ajaran agama tidak akan membuat orang yakin terhadap ajaran yang disampaikan.<>

Demikian disampaikan tokoh Katholik Franz Magnis Suseno pada peluncuran dan bedah buku “Menyoal Status Agama-agama Pra-Islam: Kajian Tafsr Al-Qur’an atas Keabsahan Agama Yahudi dan Nasrani Setelah Kedatangan Islam” di Jakarta, Kamis (28/5). Penulisnya Sa’dullah Affandy hadir bersama Ulil Abshar-Abdalla, Prof Hamdani Anwar, dan KH Husein Muhammad.

Menurut Romo Magnis, semua penganut agama meyakini bahwa agamanya paling benar. Dirinya tidak sepakat bahwa semua agama sama benarnya. “Sikap saya sebagai orang Katholik sama dengan MUI, bahwa agama kamilah yang benar,” katanya.

Dikatakan, sikap yang pas ditunjukkan oleh penganut agama adalah meyakini kebenaran ajaran agamanya namun tetap membuka dri terhadap penganut agama lain.

Guru Besar UIN Jakarta Prof Hamdani Anwar mengatakan, agama mengajarkan para penganutnya untuk tidak saling mengejek penganut agama lain. Seorang yang beragama dan menjalankan tuntunan agamanya akan mengedepankan sikap saling menghormati agama yang lain.

Sebelumnya, Sa’dullah Affandy menyampaikan buku yang ditulisnya merupakan jembatan dialog bagi kerukunan umat beragama agar terhindar dari sikap mencela atas keyakinan agama lain.

Hasil disertasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang naskhul adyan atau abrogasi agama itu menyimpulkan bahwa Islam hadir untuk menyempurnakan agama-agama samawi sebelumnya, dan bukan untuk menghapusnya.

Menurut Ulil Abshar-Abdalla, Sa’dullah dalam disertasinya yang mengutip pandangan ulama klasik dan kontemporer menolak dua teori naskh sekaigus, yakni naskh yang intra qur’anik atau penghapusan ayat dengan ayat dan ekstra qur’anik yakni penghapusan atau pembatalan agama-agama sebelumnya.

“Teori naskh ini belum ada di era Nabi, baru ada di era sahabat. Mayoritas ulama, mungkin 99 persen menerima teori nasakh yang intra qur’anik,” katanya. Namun untuk naskh yang ektra qur’anik menyangkut penghapusan agama sebelum Islam, pendapat para ulama lebih beragam.

Lebi dari itu, menurutnya, teori naskh ini adalah upaya para ulama untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang kelihatannya bertentangan satu sama lain. (A. Khoirul Anam)