Nasional

Al-Fuyudatur Rabbaniyah

Rabu, 31 Oktober 2012 | 12:10 WIB

Al-Fuyudat ar-Rabbaniyah adalah tradisi bahtsul masa’il  di kalangan Nahdlatul Ulama juga dilakukan oleh Jam’iyyah Ahlit Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah (JATMAN) yang merupakan bagian dari badan otonom NU. 
<>
Al-Fuyudat ar-Rabbaniyah adalah buku kumpulan keputusan atau kesepakatan yang diambil oleh peserta Muktamar atau Musyawarah Besar Jatman. 

Nama buku tersebut, kemungkinan besar, terilhami dari kitab terkenal karya sufi besar, Abdullah Bin Muhammad Al-Ajami (527–721 H). Sebab, namanya sama: Al-Fuyudat Ar-Rabbaniyyah’. Kitab tersebut Wirid-wirid tariqah Qadiriyyah.

Adalah KH A. Aziz Masyhuri yang menyunting dan merangkum keputusan-keputusan Muktamar I di Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah (1957) hingga Muktamar IX di Pekalongan, Jawa Tengah (2005), hingga menjadi buka, sebagai dokumentasi dan panduan Nadhliyin terkait urusan tasawuf. 

Masalah yang muncul antara lain mengenai pentingnya thariqah, prosesi masuk thariqah, keabsahan thariqah, amalan thariqah, kriteria seseorang disebut wali, mursyid, khalifah termasuk soal akidah Ahlussunnah wal Jama’ah. 

Di samping itu, masalah-masalah fiqih juga menjadi perhatian mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa, haji, nikah hingga masalah ekonomi dan politik.

Dari keputusan-keputusan Muktamar Jatman itu sangat jelas, bahwa ahli thariqah mu’tabarah bukanlah orang-orang yang tidak mengetahui dan mengamalkan hukum syara’. Mereka adalah orang-orang ‘alim yang mengamalkan ilmunya, bukan anti syariat. 

Pengertian thariqah yang digunakan adalah “melaksanakan hal-hal wajib dan sunnah serta meninggalkan larangan, menghindari perbuatan mubah yang tidak bermanfaat, sangat berhati-hati dalam menjaga diri (dari hal-hal syubhat apalagi yang haram) sebagaimana dijalankan oleh orang-orang wira’i, dan menjalankan riyadlah. Misalnya beribadah sunnah pada malam hari, berpuasa sunnah dan tidak mengucapkan kata-kata yang tidak berguna.” 

Tak mengherankan jika keputusan-keputusan di kalangan ahli thariqah merujuk pada kitab-kitab fiqih yang juga digunakan oleh ulama NU dalam bahtsul masa’il. (Sumber: Esniklopedi NU)