Beda Masjid di Indonesia dan Arab Saudi, Lebih Nyaman Mana?
Rabu, 10 Agustus 2022 | 14:19 WIB
Achmad Mukafi Niam
Penulis
Jakarta, NU Online
Indonesia dan Arab Saudi merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia ada di Indonesia sedangkan Arab Saudi merupakan tempat kelahiran Islam. Masjid merupakan bagian penting dalam kehidupan beragama yang mendapat perhatian penting di dua negara tersebut.
Terdapat beberapa perbedaan masjid di Indonesia dan Arab Saudi yang dipengaruhi faktor budaya yang menarik. Hal ini diangkat dari pengalaman Jurnalis NU Online Mukafi Niam sebagai salah satu anggota tim Media Center Haji (MCH) 2022 ketika shalat di beberapa masjid.
1. Arsitektur
Sisi arsitektur masjid dipengaruhi oleh faktor lingkungan alam. Di Indonesia, umumnya masjid dibuat terbuka di mana terdapat serambi yang seringkali digunakan untuk berbagai kegiatan sedangkan ruang dalam lebih diprioritaskan untuk shalat dalam suasana tenang dan khusyu’. Rata-rata masjid hanya menggunakan kipas angin untuk menyejukkan udara. Hanya sebagian kecil masjid yang menggunakan AC.
Baca Juga
Ini Lafal Niat Shalat Tahiyyatul Masjid
Masjid di Arab Saudi umumnya tertutup seluruhnya. Terdapat akses pintu masuk yang biasanya tertutup untuk menjaga udara di dalam tetap dingin karena sebagian besar masjid di Arab Saudi menggunakan penyejuk udara untuk kenyamanan beribadah. Jadi, jangan harap ada banyak masjid di Arab berserambi yang bisa digunakan untuk istirahat sejenak layaknya masjid di Indonesia.
2. Toilet dan tempat wudhu
Di Indonesia, tempat wudhu dan toilet menyatu dengan masjid. Biasanya ada di sisi kiri atau kanan bangunan utama masjid yang memiliki akses langsung ke dalam ruangan utama masjid. Tempat wudhu tidak terdapat dudukan untuk duduk dan membasuh kaki seperti di Arab Saudi. Terdapat pilihan toilet jongkok atau duduk.
Di Arab Saudi, sebagian tempat wudhu berada di bangunan terpisah dengan bangunan utama masjid. Tentu ini agak kurang nyaman bagi orang Indonesia. Di tempat wudhu, terdapat dudukan untuk tempat duduk dan membasuh kaki, namun bagi yang terbiasa wudhu dengan cepat, tempat duduk menghalangi akses untuk wudhu. Toilet selalu dalam bentuk toilet jongkok. Juga tidak ada urinoir yang mana kaum laki-laki dapat kencing dengan mudah tanpa perlu membuka celana seluruhnya.
3. Kotak sumbangan
Di Indonesia, baik masjid besar maupun masjid kecil selalu ada kotak sumbangan yang dipajang di pintu masuk atau tempat strategis lain, atau kotak kecil dengan lubang di atasnya untuk memasukkan uang, yang pindah secara estafet dari satu jamaah ke jamaah lainnya pada hari Jum’at atau saat ada momen penting.
Di Arab Saudi, tidak ada kontak sumbangan yang di pasang dekat pintu masuk, apalagi yang kotaknya diputar setiap hari Jum’at.
4. Speaker
Di Indonesia, sebagian masjid mengeraskan volume speakernya sehingga terdengar sampai jauh. Konsekuensinya, bagi yang tinggal dekat masjid, suara panggilan shalat yang berlangsung sehari lima kali ini bisa mengganggu. Kementerian Agama telah menerbitkan panduan volume suara adzan, namun belum sepenuhnya efektif.
Di Arab Saudi, panggilan adzan juga dikumandangkan lewat speaker, namun suaranya lebih terkontrol. Sama dengan sejumlah negara Muslim lain, telah terdapat pengaturan volume suara adzan.
5. Operasional masjid
Masjid di Indonesia buka sepanjang tahun dan dapat diakses selama 24 jam. Di Arab Saudi, terdapat masjid yang hanya dibuka ketika musim haji seperti sebuah masjid di dekat kantor Misi Haji Indonesia di kawasan Syisyah, Makkah. Pada musim haji, banyak sekali jamaah haji Indonesia yang tinggal di hotel dekat masjid tersebut dan kemudian menggunakan masjid tersebut untuk ibadah sehingga penuh. Namun, di luar musim haji, hotel kosong dan jamaah yang mengisi masjid pun pulang ke tanah airnya.
6. Karpet
Di Indonesia, karpet kadang hanya terhampar beberapa baris paling depan yang diukur dari rata-rata jamaah harian yang datang. Kualitas karpet masih kasar dan tipis.
Di Arab Saudi, pada umumnya, seluruh lantai masjid diberi karpet lemput dan tebal sehingga sangat nyaman untuk bersujud.
7. Mushalla di bandara
Di bandara internasional Soekarno Hatta Jakarta, tersedia banyak mushalla dalam ukuran kecil-kecil yang tersebar di dekat gate-gate tertentu. Terdapat tempat wudhu yang nyaman, yang didesain seperti mushalla pada umumnya.
Di bandara internasional Jeddah untuk penerbangan reguler, khususnya di dekat gate 41-43 terdapat sebuah mushalla besar, sayangnya tempat wudhu hanya tersedia wastafel sehingga kurang nyaman untuk mencuci kaki dan air menyiprat ke mana-mana.
Berbagai perbedaan tersebut mencerminkan kekayaan budaya Islam yang memiliki akar panjang di belakangnya, baik dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lingkungan. Dari sisi kemewahan, masjid di Arab Saudi dibuat dalam bangunan dan fasilitas yang lebih mewah. Namun, dari sisi kenyamanan dan kemudahan beribadah, khususnya bagi orang Indonesia yang sudah terbiasa dengan pola dan gaya bangunan masjid di Nusantara, tentu lebih nyaman dengan yang sudah ada. Namun pertemuan dan perjumpaan budaya memungkinkan adaptasi pada hal-hal baik yang berlaku di tempat lain.
Pewarta: Achmad Mukafi Niam
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua